GELORA.CO - Banyak hal yang patut dipertimbangkan Prabowo Subianto bila benar-benar ingin kembali maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
Meski elektabilitas Prabowo kini paling tinggi dibanding kandidat calon lain, namun trennya menurun drastis.
"Elektabilitas Prabowo memang kini paling tinggi, tapi sudah jauh merosot dibandingkan perolehan suara Prabowo 2019. Dukungan kepada Prabowo juga sudah merosot di atas 20 persen," kata peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Aji Al Farabi, Kamis (17/6).
Berdasarkan survei LSI Denny JA yang dirilis hari ini, elektabilitas Prabowo menempati posiis teratas dengan 23 persen. Namun angka tersebut masih jauh bila dibandingkan perolehan suara pada 2019 lalu yang mencapai 44,5 persen.
Hal lain yang patut dipikirkan Ketua Umum Partai Gerindra ini juga soal resistensi di segmen politik yang kemungkinan akan kembali jadi persoalan bila nekat maju di 2024.
"Kasus politik 1998 yang akan dimunculkan kembali. Kemudian resistensi dari kelompok anti-Jokowi di Pilpres 2019 yang merasa kini dikhianati Prabowo," sambungnya.
Resistensi lain yang patut dipertimbangkan adalah kekalahan berturut-turut Prabowo saat menjadi Capres 2014, Capres 2019, termasuk saat menjadi Cawapres 2009 silam.
"Aura kekalahan tiga kali berturut-turut ini patut diperhatikan. Belum lagi kasus korupsi yang melanda Menteri Gerindra ketika berkuasa (Menteri KKP 2019-2020 Edhy Prabowo)," tandasnya.
Pada Survei LSI Denny JA, elektabilitas Prabowo ditempel Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebesar 15,5 persen dan Gubenur DKI Jakarta, Anies Baswedan 13,8 persen.
Survei LSI Denny JA dilakukan pada 27 Mei-4 Juni 2021, dengan 1.200 responden dari 34 provinsi di Indonesia. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan teknik pengumpulan data wawancara tatap muka. Adapun margin of error survei kurang lebih 2,9 persen. (RMOL)