GELORA.CO - Sebab utama lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia selama hampir dua pekan terakhir diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo.
Kepala Negara mengatakan, angka pertambahan kasus positif yang mencapai 20 ribu setiap harinya disebabkan mobilitas penduduk saat perayaan Idul Fitri 1442 H yang lalu.
Selain itu, sosok yang kerap disapa Jokowi ini juga mengatakan bahwa masuknya virus Covid-19 varian Delta, yang berasal dari India, juga menjadi penyebab ikutan kasus Covid-19 terus bertambah tinggi.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) VIII Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tahun 2021, di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu sore (30/6).
"Begitu ada liburan lebaran kemarin, plus varian baru, hari ini kita naik melompat dua kali lipat lebih menjadi 228 ribu (kasus positif) per hari," ujar Jokowi dikutip melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Karena dua faktor tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini meminta seluruh elemen masyarakat Indonesia agar lebih berhati-hati dan tetap waspada terhadap potensi penularan virus Covid-19.
Pasalnya, dalam catatan laporan perkembangan kasus Covid-19 yang dia terima, Indonesia pernah mendapat kenaikan kasus positif di akhir Januari hingga awal Februari 2021 mencapai 176 ribu kasus aktif. Namun, angkanya sempat turun di Mei pertengahan menjadi 87 ribu.
"Sudah turun dalam empat bulan. Pelan, pelan, pelan, pelan, pelan turun sampai 87 ribu," imbuhnya.
Dalam kondisi pandemi Covid-19 di dalam negeri mulai melonjak, Jokowi mengaku sempat menghubungi Perdana Menteri India, Narendra Modi, untuk meminta resep keberhasilannya dalam menekan laju penyebaran pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.
Setelah itu, Jokowi pun menerima laporan dari pihak terkait dan menduga penyebab lonjakan pada bulan Juni ini karena mobilitas saat lebaran dan varian Delta.
Meski begitu, eks Walikota Solo ini memastikan, pemerintah setiap harinya akan mempelajari laju perkembangan penyebaran virus dari Wuhan tersebut. Menurutnya untuk menekan penyebaran tidak hanya mengandalkan dari makronya saja, tapi harus secara detail mikronya.
"Detail mikronya juga harus tahu angka-angkanya, harus tahu posisi di mana bergeraknya juga harus kita ikuti," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga menyinggung perihal ketersediaan tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit. Di menyebut pada pertengahan Januari 2021 lalu, Indonesia pernah berada di angka 66 persen ketersediaan tempat tidur, namun di Mei turun menjadi 28 persen.
"Kecil sekali. Betul-betul keterisian tempat tidur di rumah sakit itu menjadi sangat kecil. Tetapi tidak ada satu bulan, melompat menjadi, hari ini, 72 persen (secara) nasional. Hati-hati," serunya.
Akan tetapi, Jokowi menjadikan Wisma Atlet sebagai patokan untuk mengetahui ketersediaan tempat tidur pasien Covid-19 rumah sakit. Ia mengaku setiap pukul 10.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB kerap bertanya dengan dokter tugas atau kolonel Arifin mengenai keterisian ranjang di Wisma Atlet.
"Pernah di September itu sembilan 92 persen saya betul-betul sudah Gemetar. Kemudian bisa turun, turun bahkan di pertengahan bulan Mei 18 Mei itu mencapai 15 persen dari 92 turun menjadi 15 udah senang sekali kita saat itu," ungkapnya.
"Tapi begitu liburan (lebaran), hari ini saya harus ngomong apa adanya, 90 persen. Inilah angka-angka yang harus saya sampaikan apa adanya,” tandasnya. []