GELORA.CO - Kinerja gubernur di Pulau Jawa kembali digugat dan dipersoalkan. Yang menggugat dan mempersoalkannya pun lagi-lagi adalah politisi senior Partai Gerindra Arief Poyuono yang kerap dianggap nyeleneh atau tak biasa dalam menanggapi hal-hal yang berkembang.
Semua gubernur di Pulau Jawa bagus dalam hal pencitraan tapi tidak bagus dalam hal menyusun konsepsi dan eksekusi. Selain itu, masih kata Arief Poyuono, mereka cenderung reaksioner dan seasonal atau musiman.
“Pas ada masalah baru bergerak. Tapi seringkali sudah telat, lalu membuat pencitraan lewat media sosial yang didukung buzzer biar seakan akan bekerja dan berprestasi. Sekalian cari kesempatan membius masyarakat yang kurang cerdas untuk dapat simpati menuju pilpres 2024,” ujarnya dalam perbincangan dengan redaksi Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu.
“Dengan kata lain mereka tidak punya alert system dan mitigasi risiko yang terkonsep,” sambungnya orang dekat Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ini.
Hal lain yang disampaikannya, seperti sudah pernah diutarakannya beberapa waktu lalu, apa yang sering dianggap sebagai pencapaian gubernur di Pulau Jawa sesungguhnya bukan sebuah prestasi.
Bagaimanapun juga memimpin sebuah provinsi di Pulau Jawa tidak terlalu sulit karena didukung APBD yang besar, infrastruktur yang memadai, juga sarana dan prasarana layanan publik yang lengkap.
Dia mencontohkan, seorang gubenur di Pulau Jawa yang berfoto dan membuat video pendek dengan pengemis jalanan di Magelang dan makan lontong sayur. Kelakuan ini, sebutnya, adalah tanda bahwa kepemimpinan sang gubernur itu sesungguhnya gagal karena masih ada pengemis di Pulau Jawa.
“Adalagi Gubernur berfoto dan masuk media dengan gerobak sampah dan seorang ibu tua agar dianggap seperi turun ke bawah bekerja. Ini sebenarnya membuktikan kalau sistim yang dia bangun itu gagal,” demikian Arief Poyuono. []