GELORA.CO - Edhy Prabowo, yang kini duduk di kursi pesakitan, menyinggung soal kinerja Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) sebelum dirinya.
Apa kata Edhy?
Awalnya di sela persidangan perkara dugaan suap ekspor benih lobster (benur), Edhy menceritakan pekerjaannya yang berat selama di KKP. Dia saat itu diminta membangun sektor budi daya perikanan.
"Sekali lagi ini adalah kekurangan saya sebagai seorang pemimpin di organisasi KKP. Saya juga nggak berdalih atau menyalahkan.
Tapi bagaimanapun juga, beban kerja saya tidak ringan, saya harus menghadapi pada awalnya, kan tugas saya dua. Membangun komunikasi dengan nelayan, pembudi daya ikan, petambak, dan seluruh stakeholder perikanan. Kedua adalah membangun sektor perikanan budi daya. Kedua hal ini harus segera saya implementasikan," kata Edhy di sela sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (16/6/2021).
Edhy bercerita harus merapikan internal kementeriannya saat menjadi menteri. Dia bahkan menyinggung soal pekerjaan pimpinan sebelumnya yang amburadul. Edhy tidak menyebut dengan terang pimpinan sebelumnya itu, tetapi diketahui sebelum Edhy, KKP dipimpin oleh Susi Pudjiastuti sebagai menteri.
"Kemudian saya harus merapikan organisasi internal saya yang 151 orang kosong dari eselon I sampai IV, kemudian saya harus memperbaiki kinerja pimpinan yang amburadul. Mohon maaf saya nggak maksud mengecilkan yang dulu, yang masih sangat kurang," ujarnya.
"Izin kapal ada yang nunggu, bagaimana aset kapal, aset perusahaan nggak jalan. Selama di Komisi IV saya tahu itu," sambungnya.
Terkait kasus yang menyandungnya, Edhy Prabowo mengaku siap menghadapinya sebagai tanggung jawab moral seorang menteri. Dia juga berharap dapat dibebaskan dari segala tuntutan.
"Saya sudah 6,5 bulan lebih ditahan di KPK. Saya nggak bangga, tapi saya jalani sebagai tanggung jawab moral saya terhadap sebagai seorang menteri, sebagai seorang pemimpin di tempat ini. Saya berharap dari hasil kesaksian 70 lebih yang dihadirkan di sini, saya berharap majelis hakim tuntutan maupun putusan bisa membebaskan saya. Tapi saya tak akan lari dari tanggung jawab, makanya saya hadir di sini," ujarnya.
Edhy Prabowo Pengin Urus Rumah Tangga Usai Kasus Ekspor Benur
Edhy Prabowo merasa banyak berita miring yang menerpanya setelah tersandung kasus suap ekspor benur. Dia siap meluruskan pemberitaan itu selama persidangan.
Edhy bahkan turut menyinggung soal urusan rumah tangganya yang juga akan ia perbaiki.
"Tentang berita miring, nanti setelah ini saya akan perbaiki satu-satu. Paling penting saat ini saya menyelesaikan beban ini, tanggung jawab ini. Setelah itu saya akan urusin rumah tangga saya karena banyak yang harus diurus," kata Edhy.
Dalam kesempatan yang sama, Edhy turut menyampaikan permintaan maaf. Dia mengklaim kebijakannya selama ini untuk kepentingan masyarakat.
"Saya berharap pada nelayan, pelaku usaha perikanan, saya mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Tapi semangat itu kami tidak pernah berpikir sendirian, kami mendengar dari bawah. Bisa Anda lihat tadi masalah perizinan di Bitung hidup atau mati? Sekarang sudah mulai hidup, itu informasi yang saya dapat," tutupnya.
Dalam sidang ini, yang duduk sebagai terdakwa adalah Edhy Prabowo. Edhy didakwa menerima suap dengan total nilai Rp 25,7 miliar dari pengusaha eksportir BBL atau benur. Penerimaan suap ini disebut jaksa dilakukan Edhy bersama stafsus, sekretaris pribadi, dan seorang swasta dari PT ACK.(dtk)