GELORA.CO - Jawaban Presiden Joko Widodo atas kritik Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) yang mengunggah meme “Jokowi: The King of Lip Service” menjadi sorotan publik.
Tidak sedikit yang menyatakan bahwa jawaban itu normatif, ada juga yang mempertanyakan mengapa Jokowi menyinggung tata krama dalam mengkritik.
Bagi Kepala Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat Andi Arief, pernyataan Jokowi itu tidak memberi jawaban apapun atas apa yang dikritik oleh BEM UI.
Di mana dalam kritiknya, BEM UI turut menjabarkan sejumlah data dan fakta sehingga bisa menyimpulkan bahwa Jokowi adalah raja lip service.
“Penjelasan Pak Jokowi tidak menyentuh substansi kritik soal king of lip service,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (30/6).
Sebaliknya, Andi Arief menilai pernyataan Jokowi yang menyinggung tentang tata krama dan budaya sopan santun justru memberi makna lain yang negatif. Seolah Jokowi sedang menebar peringatan agar berhati-hati soal etika dan tatakrama.
“Kesimpulan saya, penjelasannya masih membahayakan demokrasi,” kata Andi Arief.
Adapun jawaban lengkap Presiden Jokowi soal “Jokowi King of Lip Service” adalah sebagai berikut:
“Iya, itu kan sudah sejak lama ya. Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo, kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter, kemudian ada juga yang ngomong saya ini 'bebek lumpuh', dan baru-baru ini ada yang ngomong saya ini 'Bapak Bipang', dan terakhir ada yang yang menyampaikan mengenai 'The King of Lip Service'.
Ya saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi, jadi kritik itu boleh-boleh saja dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi.
Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan. Ya saya kira biasa saja, mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat. Tapi yang saat ini penting, ya kita semuanya memang bersama-sama fokus untuk penanganan pandemi Covid-19”.(RMOL)