GELORA.CO - Baru-baru ini ilmuwan mengungkap temuan virus Corona baru pada pasien di Malaysia. Pasien diidentifikasi tertular virus Corona baru dari seekor anjing.
Ahli epidemiologi Institut Kesehatan Global Duke University Dr Gregory Grey menyebutkan, sampel tersebut berasal dari pasien di sebuah rumah sakit di Sarawak, Malaysia. Diidentifikasi menggunakan tes Corona yang dikembangkan dirinya bersama mahasiswa pascasarjana, bernama Xiu.
Mereka mengembangkan tes yang dimaksud untuk mendeteksi seluruh virus Corona, tidak hanya COVID-19 dan lainnya.
"Ini adalah swab (usapan hidung) dalam, seperti yang dilakukan dokter dengan pasien COVID-19," kata Gray.
Dari 301 sampel yang diuji, ada delapan pasien atau 2,7 persen orang yang terinfeksi virus Corona baru dari anjing, banyaknya jumlah virus ditemukan pada bagian saluran pernapasan atas.
"Itu prevalensi virus (baru) yang cukup tinggi. Itu luar biasa," sambungnya.
Khawatir dengan hasil tes tak valid, ia mencoba mengkomunikasikan temuan tersebut pada pakar dunia virus Corona hewan di Ohio State University. Adalah ahli virologi Anastasia Vlasova yang sempat meragukan temuan Gray, hingga akhirnya menemukan fakta yang tak ditemukan sebelumnya.
"Virus Corona pada anjing tidak diperkirakan ditularkan ke manusia. Belum pernah dilaporkan sebelumnya," pikirnya saat menerima laporan.
Namun, setelah dirinya mencoba menumbuhkan virus Corona di laboratorium, menggunakan solusi khusus yang dia tahu bisa digunakan untuk virus Corona anjing lain, ia menjelaskan ada banyak keterkaitan. "Virus itu tumbuh dengan sangat baik," katanya.
Menurutnya, dari sequence gen virus, dia dapat melihat bahwa virus tersebut kemungkinan telah menginfeksi kucing dan babi. Namun, kemungkinan besar, pada sampel pasien Malaysia, virus Corona baru melompat langsung dari anjing ke manusia.
"Mayoritas genomnya adalah canine coronavirus," katanya.
"Kami menemukan mutasi yang sangat, sangat unik, atau penghapusan, dalam genom. Ini adalah mutasi yang sangat mirip dengan yang sebelumnya ditemukan pada virus Corona SARS dan di (versi) SARS-CoV-2 (yang muncul) segera setelah diperkenalkan ke populasi manusia," kata Vlastova.
Ia meyakini, mutasi tersebut yang kemudian membantu virus Corona baru dari anjing menginfeksi atau bertahan di tubuh manusia. Namun, ahli virologi Xuming Zhang di Universitas Arkansas menjelaskan sejauh ini belum ada bukti penularan antarmanusia.
"Belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia," tukas ahli virologi Xuming Zhang dari Universitas Arkansas untuk Ilmu Kedokteran.
Tetapi, tidak diketahui bagaimana pasien ini dapat terinfeksi virus atau apakah mereka melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Zhang yang telah mempelajari virus Corona selama lebih dari 30 tahun, berpikir masih terlalu dini untuk menyebut virus baru ini sebagai patogen manusia.
"Seperti yang penulis katakan dengan hati-hati dalam makalah mereka, mereka belum membuktikan apa yang disebut postulat Koch," katanya.[dtk]