Rocky Gerung: KPK Itu Tewas Bukan karena Covid, Melainkan Stupid

Rocky Gerung: KPK Itu Tewas Bukan karena Covid, Melainkan Stupid

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Pengamat politik Rocky Gerung mengomentari kabar Novel Baswedan tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) dan ancaman dipecat dari KPK. Dia menganggap kabar itu sebagai duka cita.

Pasalnya menurut Rocky Gerung, Novel Baswedan merupakan sosok yang erat kaitannya dengan KPK dan beberapa kali terlibat aksi pemberantasan para pelaku korupsi. Dengan demikian, dia menyebut KPK tidak tewas karena Covid-19, melainkan stupid.

Pernyataan itu disampaikan Rocky Gerung melalui video berjudul "INNALILAHI WAINAILAIHI ROJIUN. KPK SUDAH MATI, MARI KITA LUPAKAN", yang disiarkan melalui kanal YouTube miliknya, Rabu (5/5/2021).

Pemaparan Rocky Gerung dipantik oleh Hersubeno Arief yang menyeret dua pemberitaan yakni soal pertimbangan MK menolak permohonan uji formil UU KPK oleh Agus Rahardjo cs dan isu Novel Baswedan serta puluhan pegawain lain dipecat KPK.

"Duka cita itu. Tapi kita tahu bahwa KPK tewas bukan karena Covid-19, melainkan karena stupid," terang Rocky Gerung seperti dikutip Suara.com.

Rocky Gerung menegaskan, KPK tanpa Novel Baswedan bak pagi hari tanpa matahari. Sebab menurutnya orang-orang akan selalu ingat siapa Novel Baswedan.

"Lagi-lagi berbagai macam alasan yang hendak diperlihatkan, saya akan pimpin di depan kata Jokowi. Sekarang KPK tanpa novel seperti pagi tanpa matahari. Gelap. Karena orang ingat, KPK siapa, ya Novel Baswedan yang selalu siap di depan," katanya.

Rocky Gerung menambahkan, nama Novel Baswedan seringkali dibisik-bisikkan orang karena telah melakukan berbagai macam pengintaian. Tak pelak, dia menyebut Novel Baswedan merupakan prestasi dan monumen KPK.

Oleh sebab itu, apabila Novel Baswedan hendak disingkirkan, maka menurutnya sama saja KPK hendak meruntuhkan monumennya sendiri.

Rocky Gerung lebih lanjut menyinggung peranan Novel Baswedan. Dia mengungkit aksi penyiraman air keras ke mata Novel Baswedan sampai membuat matanya terluka.

"Bahkan dia harus merelakan matanya hilang supaya negeri ini tidak buta terhadap korupsi. Sekarang KPK membutakan matanya sendiri. Jadi siapa lagi yang bisa memandang secara tajam tempat persembunyian para koruptor ini?" terangnya.

Rocky Gerung melanjutkan, kendati mata Novel Baswedan tidak dapat melihat dengan sempurna, tetapi akal dan nalurinya mampu mengetahui persembunyian para koruptor.

"Sekarang orang yang sangat peka dan punya pengetahuan rata-rata tentang korupsi itu disingkirkan. Inilah monumen dari kedunguan seperti yang saya sebutkan tadi. Jadi dia, KPK itu membunuh dirinya sendiri dengan kedunguan atau dibunuh dengan kedunguan. Kedunguan siapa? Ya kedunguan kekuasaan," katanya.

Rocky Gerung kemudian menyinggung bahwa tes wawasan kebangsaan yang dituding menjegal langkah Novel Baswedan. Menurut dia, tes tersebut tak ubahanya seperti kamuflase kekuasaan yang dibuat bak sesuai prosedur saja.

Dengan begitu, Rocky Gerung mengaku tidak habis pikir kenapa orang seperti Novel Baswedan yang telah lama berada di KPK masih perlu untuk diuji.

"Selalu ada semacam persembunyian dari kekuasaan yang seolah-olah hendak diselundupkan supaya tak terlihat dengan mengatakan bahwa 'ya itu kan melalui prosedur.' Prosedur apaan? Novel Baswedan berkali-kali udah ada di situ, apa lagi yang mesti dipertanyakan dengan Novel? Apa dia kurang setia pada NKRI? Apa dia kurang mampu mengintai, mengintip, dan membekuk koruptor? Jadi nggak jelas ini," tegas Rocky Gerung.

"Hanya mungkin tidak bisa menjawab satu pertanyaan itu, kan. Atau Novel mungkin dengan fasih menjawab dengan kejujuran. Jadi kalau dia jawab dengan jujur, maka dia disingkirkan. Padahal pertanyaannya, pertanyaan yang tidak jujur kan," sambung Rocky Gerung menandasi. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita