Oleh:Herman Batin Mangku
MEME Ridho Ficardo hinggap ke berbagai grup WhatsApp. Gunawan Pharrikesit beberapa kali mengunggahnya di WA Grup RMOLLampung. Di meme, ada tulisan: "Piye kabare??? Penak zamanku toooh?"
Sebagian masyarakat daerah ini langsung kembali teringat dengan kepemimpinan Gubernur Lampung periode 2014-2019 tersebut. Dua tahun ini, gubernur muda yang ramah itu seperti raib.
Dua pekan kemudian, meme sederhana tersebut langsung disambar kabar wacana pergantian mantan gubernur yang tak pernah marah itu sebagai Ketua Partai Demokrat Lampung, Agustus-September 2021.
Tiga kader partai yang "diembus-embuskan" adalah mantan Wakil Walikota Bandarlampung M Yusuf Kohar, Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona, dan Bupati Waykanan Raden Adipati Surya.
Kader PDIP sekaligus Bupati Tulangbawang Barat, Umar Akhmad, ikut ditiup-tiupkan masuk gelanggang sehubungan dugaan kedekatannya dengan Purwanti Lee, bos kebun tebu puluhan ribu hektare.
Memang, selain Herman HN, mantan Walikota Bandarlampung, Ridho Ficardo -jika maju mencalonkan diri kembali jadi kepala daerah- masih berpotensi besar menjadi kompetitor terberat pada Pilgub 2024.
Tiga bulan sebelum Pilgub Lampung, 27 Juni 2018, elektabilitas kedua nama ini berada di puncak berbagai lembaga survei. Arinal Djunaidi berada di buntut.
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menjadikan Ridho Ficardo sebagai "top of mind" dengan 21,4 persen. Disusul Herman HN (17 persen), Mustafa (9.7 persen), dan Arinal (7,8 persen). Sisanya suara mengambang (42,5 persen).
Di detik-detik jelang Pilgub Lampung, 27 Juni 2018, Arinal Djunaidi yang didukung Purwanti Lee sukses menyalip para kandidat lainnya di lap terakhir.
Rakata Institute melansir elektabilitas Arinal-Nunik 33,30 persen; Herman HN-Sutoo 31,30 persen; Ridho Ficardo-Bahtiar Basri 23,30 persen; dan Mustafa-Ahmad Jajuli 10,50 persen.
Arinal Djunaidi, Gubernur Lampung saat ini, saat kampanyenya, lumayan kerja keras dengan mengeluarkan kocek sangat dalam agar terungkit elektabilitas dan popularitasnya dari terendah menjadi pemenang.
Belum lagi kegaduhan dugaan politik uang yang lumayan membuat hiruk-pikuk di Pilgub Lampung 2018 yang akhirnya ditutup lewat kesimpulan Pansus Politik Uang DPRD Lampung yang tak ter-follow up hingga kini.
Kalkulasi untuk Pilgub 2024, jika tak dirangkul atau disingkirkan, dua nama ini -Herman HN dan Ridho Ficardo- bisa bikin repot dan kembali bisa menguras kocek dalam-dalam dari kandidat yang mungkin diharapkan Purwanti Lee kelak.
Apalagi, selama dua tahun kepemimpinan Arinal Djunaidi kerap diwarnai kegaduhan, baik terhadap wartawan maupun pernyataan-pernyataannya. Terakhir, soal harga singkong, shalat Id, dan objek wisata saat libur Idulfitri 1442 H.
Meme bertuliskan "Piye Kabare??? Penak zamanku toooh?" membuat banyak orang menoleh ke belakang, membanding-bandingkan gaya kepemimpinan saat ini dengan sebelumnya.
Ditambah bisik-bisik, ada kode dari tengah kebun, calon gubernur yang akan didukungnya nanti adalah ketua partai atau bupati/walikota. Ini panduan keras bagi orang-orang yang berada di lingkaran membersihkan jalan.
Mungkin, ada yang menerjemahkan kode itu dengan melempar wacana calon pengganti Ridho Ficardo sebagai Ketua Partai Demokrat Lampung untuk membersihkan jalan, land clearing, bagi calon yang masih disimpan bos.
Dengan memunculkan keempat calon tersebut, siapa tahu terjadi keretakan terhadap keempat kandidat yang selama ini "solid". Mereka sebaya dan kompak meniti dunia politik. Rahasianya lagi, mereka "anak motor", brother coy.
Setelah retak, kemungkinan baru dimunculkan pelan-pelan jagoannya yang baru terpilih jadi kepala daerah akhir tahun lalu (spekulasi Satrio Piningit ini disimpan dulu).
Saya juga tanya wartawan yang mengembuskan empat calon pengganti Ridho di Demokrat Lampung. Mereka ngeles: denger-denger. Tak ada yang berani mengaku sumber suara yang mengembuskannya. Sumbernya "hantu", bisa jadi operator tim mulai baca gelombang.
Tak mau diadu kambing, Umar Akhmad dan Dendi Ramadhona sudah mengklarifikasi. Umar bilang dirinya kader PDIP. Dendi Ramadhona menyatakan ingin fokus bangun Kabupaten Pesawaran.
Si pembuat meme, Gunawan Pharrikesit, advokat yang juga pemerhati sosial, bilang bahwa dia membuatnya bermula dari keriuhan lokal yang tidak surut. Sehingga rindu rasa teduh kepemimpinan santun, menghargai semua pihak, dan tidak menonjolkan keakuannya.
Saat ini terjadi pengelompokan yang muncul dari friksi-friksi, akibat dari kebijakan pemimpin. Maka muncullah ide tersebut, ujar Gunawan Pharrikesit. Jujur atau tidak inisiatif darinya, wallohualam bisawab.
Yang pasti, meme tersebut telah memancing tim-tim sukses mulai keluar dari kandangnya, persembunyiannya selama ini untuk memulai duel 2024.
Yang di ujung hidung, PPP awal bulan depan. Alzier Dianis Thabranie yang mau mencalonkan diri sebagai ketua partai kerap pula berseberangan dengan incumbent saat ini. Tapi, masih lebih rileks, kursinya cuma satu.
Bagaimana? Sudah mulai memanaskan mesin jauh-jauh hari nih?
Piye Kabare??? Penak zamanku toooh?
(Anggota PWI Lampung)