GELORA.CO - Kader Partai Demokrat menjadikan kehadiran Partai Ummat sebagai momentum untuk menyindir Kepala KSP Moeldoko. Mantan Panglima TNI itu dinilai kalah hebat dengan Amien Rais.
Amien Rais yang sudah sepuh saja dinilai masih mampu mendirikan partai. Sementara Moeldoko yang dinilai punya jabatan strategis dianggap hanya mampu membegal partai orang dan gagal lagi.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, pujian terhadap Amien Rais itu tampaknya tidak berlebihan. Sebab, Amien Rais sebagai tokoh reformasi tentu memahami betul prinsif-prinsif berdemokrasi.
"Ketika kalah dalam kongres dan sudah tidak sejalan lagi dengan PAN, maka Amien Rais tidak menggangu partai yang dulu didirikannya. Ia lebih memilih mendirikan partai baru yang diyakininya dapat mewujudkan idealismenya," terang Jamiluddin Ritonga, Selasa (4/5).
Amien Rais tidak mengobo-obok PAN, apalagi menghujatnya kesana kemari. Dia membiarkan PAN berjalan dengan idealisme yang diyakini Zulkifli Hasan.
"Jadi, dengan mendirikan Partai Ummat, Amien Rais ingin bersaing secara terbuka dan demokratis pada Pileg 2024. Cara ini mencerminkan Amien Rais memang demokrat tulen," ujar Jamiluddin Ritonga kepada redaksi.
Berbeda halnya dengan Moeldoko, mau memimpin partai dengan cara instan. Cara manipulatif sebagaimana dipertontonkan di KLB Deli Serdang, tentu sangat barbar, yang sangat bertentangan dengan prinsif demokrasi.
"Karena itu, wajar kiranya kalau Moeldoko kemudian mendapat penilaian negatif dari piha-pihak yang pro demokrasi. Mengambil partai orang lain dengan cara-cara tersebut tentu bertentangan dengan prinsif demokrasi," tutur Jamiluddin Ritonga.
Dan, karena Indonesia menganut demokrasi, wajarlah kalau pujian dilayangkan kepada Amien Rais. Sementara kritikan dan sindiran dengan sendirinya dinilai normal ditujukan kepada Moeldoko.
"Kader Demokrat tentu akan selalu mengambil momentum untuk menyerang Moeldoko. Berdirinya Partai Ummat, yang diinisiasi Amien Rais yang sudah sepuh, memang momentum yang tepat untuk itu," ucap Jamiluddin Ritonga. (RMOL)