GELORA.CO - Pasca kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan antara Hamas dan Israel, kepala gerakan perlawanan Palestina, Ismail Haniyeh, mengatakan gerakannya dan kelompok perlawanan lainnya di Gaza telah memukul mundur Israel dengan keras yang akan meninggalkan efek menyakitkan pada negara itu dan masa depannya.
Hal itu disampaikan Ismail Haniyeh dalam pidatonya yang disiarkan di televisi pada Jumat (21/5) waktu setempat.
"Kelompok perlawanan berdiri bersatu dan memukul musuh (Israel) dengan serangan keras yang akan meninggalkan efek yang dalam pada entitas (Israel), masyarakatnya, lembaga keamanan dan militernya, juga masa depannya di tanah yang diberkati ini (Palestina)," kata Haniyeh, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Haniyeh mengatakan Gaza membela Masjid Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki di mana keluarga diancam dengan perintah penggusuran.
"Perlawanan ini untuk kebebasan Palestina dan tahanan (Palestina) dan kembalinya (pengungsi Palestina)," tambah Haniyeh.
Ia mengatakan pihaknya akan membangun kembali apa yang dihancurkan oleh pendudukan Israel dan memulihkan kemampuan mereka. "Kami tidak akan meninggalkan kewajiban dan tugas kami kepada keluarga para martir, yang terluka dan mereka yang rumahnya hancur," katanya.
Haniyeh mengucapkan terima kasih kepada penengah Mesir, Qatar dan PBB atas dukungan mereka, dan berterima kasih kepada "Republik Islam Iran, yang belum menyerah dalam memberikan perlawanan dengan uang, senjata dan teknologi."
Iran pada hari Jumat menampilkan drone tempur buatan Iran yang dikatakan memiliki jangkauan 2.000 km, menamakannya 'Gaza'.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa hingga Jumat, korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza yang terkepung telah meningkat menjadi 243, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita.
"Sedikitnya 1.910 orang terluka," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Israel dan Hamas saling serang di Jalur Gaza sejak 10 Mei, meninggalkan jejak kehancuran besar-besaran di wilayah itu. (RMOL)