GELORA.CO - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menegaskan, isu radikal dan taliban yang menyerang KPK disematkan untuk menyerang para pegawai yang berintegritas. Isu tersebut juga dilakukan untuk memusuhi para pegawai KPK.
“Isu radikal dan taliban, adalah isu yang disematkan untuk memusuhi orang-orang yang bekerja baik di KPK,” kata Novel dalam unggahannya di akun media sosial Twitter pribadinya, Kamis (27/5).
Novel tak memungkiri, permainan isu radikal dan taliban cukup berhasil menyerang lembaga antirasuah. Hal ini pun mengganggu kinerja KPK dalam upaya pemberantasan korupsi.
“Isu ini cukup berhasil membuat stigma, dan mengganggu kerja pemberantasan korupsi,” ungkap Novel.
Dalam unggahannya, Novel juga melengkapi dengan sebuah video, yang di dalamnya ada pernyataan dari para pegawai KPK. Dalam video itu, mereka menampik adanya isu taliban.
Terlebih para pegawai KPK yang ada di dalam video itu mereka mengaku merupakan agama Budha hingga Kristen. Mereka menyangkal adanya kelompok taliban di KPK.
Sebelumnya isu taliban dan radikal juga dibantah oleh mantan Pimpinan KPK Busyro Muqodda. Dia menegaskan, isu taliban dan radikalisme yang menyerang KPK hanya dinarasikan oleh buzzer.
“Isu taliban sama sekali memang tidak pernah ada. Justru isu itu membuktikan adanya radikalisme politik, radikalisme yang dilakukan oleh imperium-imperium buzzer yang selalu mengotori perjalanan nilai-nilai keutamaan bangsa,” kata Busyro dalam diskusi daring, Jumat (7/5).
Menurut Busyro, dari 75 pegawai yang tidak lulus, tidak semua bergama Islam. Dia menyebut terdapat pegawai KPK yang juga beragama Nasrani dan Budha.
“Dari 75 yang dinyatakan tidak lolos itu, ada 8 pegawai KPK yang itu beragama Nasrani dan Budha,” pungkas Busyro.[sc]