GELORA.CO - Habib Bahar Bin Smith membuat heboh di tengah persidangan kasus dugaan penganiayaan sopir taksi online.
Dalam sidang virtual di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Bahar mengaku sebagai cucu atau turunan ke-29 nabi Muhammad.
Pernyataan Bahar itu bermula saat majelis hakim Surachmat menceritakan sebuah kisah Rasulullah yang dilempari dan dihina oleh kaum Yahudi. Dalam kisah itu disebutkan Rasulullah kemudian menjenguk orang Yahudi itu yang diketahui sedang sakit.
"Apakah habib pernah tahu kalau Rasulullah ini pernah melakukan kekerasan terhadap orang?" tanya Surachmat dalam sidang virtual di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Selasa (18/5/2021).
Bahar yang mengikuti persidangan melalui virtual lalu menimpali kisah Rasulullah tersebut. Bahar pun lantas menyatakan apa yang terjadi antara Rasulullah dan orang Yahudi itu merupakan persoalan pribadi.
"Nah, yang mulia, itu masalah pribadi Rasulullah. Nabi Muhammad, beliau masalah pribadi, beliau dihina dan dicaci dimaki dan dilempari kotoran unta, beliau diam. Tetapi kalau selain daripada urusan pribadi, beliau tidak pernah diam. Ada yang mengaku nabi palsu, dibunuh oleh beliau. Dibunuh, yang mulia, dan itu bukan hanya zaman nabi.
Di zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau pernah menyuruh memotong tangan perempuan yang pernah menghina Rasulullah. Di zaman sayyidina Umar bin Khattab, beliau pernah membunuh orang yang menghina Rasulullah," tutur Bahar.
"Jadi, Rasulullah selama masalah pribadi beliau memaafkan dan tidak pernah mempermasalahkan," kata Bahar menambahkan.
Bahar kemudian menceritakan kisah pribadinya. Dia mengaku kerap dicaci maki, namun tak pernah dibalas dengan cacian juga.
"Bahkan sampai-sampai barusan yang mulia, ada di Singkawang ada orang yang menghina saya dan di media sosial. Dia hina saya, kemudian dilaporkan. Saya bikin surat yang mulia, saya mohon kepada majelis hakim Singkawang untuk membebaskan yang sudah menghina saya.
Karena saya sudah memaafkan dia dan dia tidak memiliki salah kepada saya. Saya sudah memaafkan siapapun yang menghina pribadi saya, asalkan tidak menghina agama saya," tutur Bahar.
Bahar juga menceritakan salah satu kasus di Bogor. Menurutnya, ada seorang perempuan yang dilaporkan oleh anaknya lantaran menghina Bahar.
"Dia dilaporkan karena menghina saya di media sosial. Akhirnya saya bikin surat pernyataan bahwasannya saya tidak rela atau tidak rida kalau wanita itu ditahan.
Saya minta tolong perempuan itu dibebaskan dan kalaupun diadili, mohon divonis bebas. Itu bisa ditanyakan kepada jaksa bu Anita dan bisa ditanyakan ke korban. Dan banyak lagi orang yang menghina saya, yang mau diburu sama anak saya, saya yang marah," ujar Bahar.
Bahar menyebut untuk urusan pribadi seperti menghina dirinya, ia tidak mempermasalahkan. Namun, bila urusannya dengan agama dan keluarga, Bahar tak bisa tinggal diam.
"Tapi kalau pribadi saya dihina dan dicaci, insyaallah kakek kami mengajarkan itu. Kakek kami mengajarkan itu, saya cucu nabi Muhammad ke-29," ucap Bahar.
"Saya punya kakek, beliau dibunuh ketika salat ditusuk dan ditikam dari belakang, ketika ditikam dari belakang apakah beliau bilang ke anak-anaknya, 'wahai anakku bunuh dan kejar dia'. Apakah beliau berkata seperti itu? Tidak, beliau bilang kalau nanti aku mati, beri dia perlindungan sebagaimana perlindungan yang sudah diberikan kepada aku. Beri dia makanan sebagaimana makanan yang diberikan kepadaku, itu adab kakek kami apabila dihina pribadi," tutur Bahar menambahkan.
Bahar menegaskan bakal bereaksi bila ada yang mengganggu keluarga, agama dan bangsa. "Saya tidak akan tinggal diam yang mulia. Lebih baik saya yang hancur, asalkan NKRI hidup, biarkan saya yang hancur asalkan Islam tetap jaya. Biarkan saya mati dan binasa asalkan NKRI, agama Islam, dan keluarga tetap hidup. Biarkan saya yang lapar, asalkan yang lain tetap kenyang. Itu saya," ucap Bahar.(dtk)