GELORA.CO - Kota Kolkata yang biasanya bising dan diwarnai dengan aktivitas politik, dalam seminggu ini terlihat sunyi. Jalan-jalan utama nampak lengang dan lebih banyak dilewati oleh ambulan yang meraung tergesa-gesa.
Salah satu kota pelabuhan penting di India itu kini menderita dalam kesunyian yang menakutkan dengan pertanyaan, kapan tsunami Covid-19 ini berakhir?
India telah didera oleh krisis kesehatan yang luar biasa. Lonjakan kasus Covid-19 yang mencapai lebih dari 300.000 kasus positif dan sekitar 3.000 kematian hanya dalam waktu 24 jam pada Rabu dan Kamis (28-29/4), telah mengubah ibu kota Benggala Barat itu menjadi kota yang mencekam.
Pada 2 Mei besok, Benggala Barat akan memulai penghitungan suara untuk pemilu Majelis yang baru saja selesai. Namun saat ini rakyat tidak lagi peduli siapa yang akan terpilih.
Dikutip dari The Hindu, rakyat mungkin tidak lagi bertanya, 'siapa yang akan berkuasa?' di kota itu seperti biasanya, tetapi 'bagaimana jika saya terkena Covid? Rumah sakit mana yang akan siap menampung saya?'
Rumah-rumah sakit sudah membludak dan tidak bisa menerima pasien lagi. Tempat tidur penuh. Lorong-lorong rumah sakit sudah sesak dengan pasien yang bergeletakan dalam kondisi mengenaskan.
Pasien dengan kondis paling gawat pun dirawat di dalam bajaj yang terparkir di dekat halaman rumah sakit, atau untuk mereka yang memiliki kendaraan, menjadikan kendaraannya sebagai 'ruang rawat' dengan tabung oksigen yang harus dicari sendiri.
Kondisi ini nampaknya akan terjadi hingga beberapa hari mendatang, mengingat jumlah pasien tidak sebanding dengan keberadaan tenaga medis dan tidak adanya pasokan obat-obatan.
“Saya tidak peduli siapa yang akan memimpin pemerintahan berikutnya (di Benggala Barat). Bagi saya saat ini adalah bagaimana keluarga saya bisa pulih dan pandemi ini segera pergi. Ini sudah sangat menakutkan," ujar salah seorang warga yang awalnya adalah pendukung setia partai Kiri.
Setelah penyangkalan keberadaan Covid-19 yang begitu kuat beberapa waktu, kini masyarakat justru dicekam ketakutan, 'apakah saya berikutnya?'
Pasien usia lanjut lebih banyak mengisi ruang perawatan rumah sakit dalam waktu yang lama. Sementara untuk mereka yang membutuhkan layanan cepat tanggap menjadi cemas, kemana harus pergi?
Forum Dokter Benggala Barat (WBDF) telah memulai apa yang disebut layanan filantropi bagi mereka yang tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala ringan, tanpa harus pergi ke rumah sakit dengan risiko semakin tertular. Sekumpulan dokter mencoba berbagi waktu di tengah kesibukan mereka untuk bisa bergiliran menawarkan dukungan telemedicine kepada pasien.
Mereka tidak peduli siapa yang akan menjadi penguasa, mereka hanya peduli rakyat harus segera diselamatkan, sekarang.
"Inilah saatnya mendirikan ruang perang di Swasthya Bhawan (kantor Kementerian Kesehatan Negara). Melayani setiap panggilan dan keluhan pasien dan mencoba memberikan solusinya, sebagai pertolongan pertama," ujar Koushik Chaki, sekretaris pendiri WBDF, seperti dikutip The Hindu, Jumat (30/4).
"Banyak organisasi telah melakukan hal seperti ini. Semuanya di bawah satu payung, semua tangan di atas kapal! Mereka yang memegang kekuasaan perlu bertindak dan bertindak cepat. Kami tidak bisa menunggu sampai 2 Mei (dimulai penghitungan suara),” kata Chaki.(RMOL)