GELORA.CO - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berhasil mengunduh rekaman cockpit voice recorder (CVR) Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. KNKT juga berhasil mendengar jelas percakapan pilot sebelum pesawat jatuh.
"Isinya pembicaraan di kokpit antara kapten co-pilot sama pilot ATC, suara jelas," ujar Kepala Sub-Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo kepada detikcom, Sabtu (1/5/2021).
Nurcahyo memastikan suara pilot yang diunduh dari CVR Sriwijaya Air SJ182 terdengar jelas. Namun, dia mengatakan masih ada beberapa rekaman yang noise dan saat ini KNKT sedang melakukan pendalaman lebih lanjut.
"Tapi ada satu channel yang merekam area mic, jadi yang merekam suara di dalam kokpitnya itu masih ketutupan sama ada noise lah, kalau pembicaraan pilotnya ke ACT itu jelas.
Ada beberapa bagian yang kita masih kesulitan untuk mendengar ini sedang masih ada dicoba difilter, dicoba dengan berbagai cara," jelasnya.
Terkait dugaan adanya kerusakan pada tuas mesin (throttle) sebelah kiri pesawat saat ini KNKT masih melakukan investigasi bersama pihak Amerika Serikat dan Inggris untuk memastikan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182.
Nurcahyo mengungkapkan ada beberapa komponen pesawat yang diteliti oleh Amerika dan Inggris, salah satunya adalah memori yang merekam peringatan pada pesawat.
"Sekarang ini kita sedang mengidentifikasi ada kerusakan, ada beberapa komponen yang kita periksa di Amerika sama Inggris, itu kita masih rencananya bulan Juni habis Lebaran tim Amerika mau ke Indonesia lagi untuk menyampaikan perkembangan hasil penelitian mereka, kita nggak bisa ke sana karena masih pandemi, jadi kita serahkan ke mereka untuk mereka memeriksa, nanti (hasil temuan Amerika) kita akan gabung dengan apa yang ada di FDR dan di CVR," ungkapnya.
Komponen yang diperiksa Amerika itu adalah EGP WS dan auto protocol computer. Hasil temuan Amerika dan Inggris ini nantinya akan dijadikan satu dengan temuan di CVR yang diteliti KNKT, setelah itu KNKT baru melaporkan ke masyarakat apa penyebab pesawat itu jatuh.
"Itu EGP WS yang ketemu di reruntuhan di laut, terus kedua ada auto protocol computer itu adalah komponen yang dilepas diganti di bulan Desember, jadi sebelumnya ada kerusakan terus diperbaiki, komponen ini dilepas, nah yang dilepas ini kita teliti apakah ada masalah atau dia mencatat apa lah," paparnya.
EGP WS menurut Nurcahyo itu bentuknya seperti radio, tetapi menyimpan memori. Memori di EGP WS itu yang nantinya akan di-download.
"Nah memorinya kita download dia pernah memberikan peringatan apa saja, itu yang ingin kita tahu. Kita perlu cocokin semuanya dulu masalah-masalahnya apa saja, baru kita paham urutan kejadian seperti apa, baru nanti kita bisa menentukan apa masalahnya dan apa penyebabnya," katanya.
Diketahui, CVR atau perekam suara kokpit dalam black box pesawat Sriwijaya Air SJ182 ditemukan pada akhir Maret 2021 lalu. CVR ditemukan 500 meter dari Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Pesawat tersebut jatuh pada 9 Januari 2021.
CVR ini ditemukan dalam timbunan lumpur di dalam laut. Tim gabungan berhasil menemukan CVR itu setelah mengerahkan kapal penyedot lumpur.
KNKT mengatakan awalnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CLC itu lepas landas pada 9 Januari 2021 melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Supadio, Pontianak. Setelah lepas landas, pesawat terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya atau ABASA 2D.
Kemudian data FDR merekam sistem autopilot aktif (engage) di ketinggian 1.980 kaki. Pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki throttle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur dan tenaga mesin atau putaran mesin juga ikut berkurang, sedangkan mesin sebelah kanan tetap.
Kemudian pada pukul 14.38.51 WIB, pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara atau ATC untuk berbelok ke arah 75 derajat dan diizinkan karena kondisi cuaca. Adapun perubahan arah ini diperkirakan oleh ATC akan membuat pesawat SJ182 akan bertemu dengan pesawat lain yang berangkat dari Landas Pacu 25L atau Soekarno Hatta landasan selatan, sedangkan pesawat SJ182 berangkat dari landasan utara.
"Oleh karenanya, ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," kata Nurcahyo, dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Selasa (10/2).
Kemudian pada pukul 14.39.47 WIB, ketika pesawat melewati ketinggian 10.600 kaki, pesawat berada pada arah 46 derajat dan mulai terlihat berbelok ke kiri. Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur, sedangkan yang kanan tetap.
"Throttle kiri bergerak mundur atau throttle kanan tetap," kata Nurcahyo.
Kemudian petugas ATC meminta pilot Sriwijaya Air SJ182 naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot. Namun setelah itu, tidak ada keterangan lebih lanjut dari pilot.
"ATC memberi instruksi kepada pilot SJ182 untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pada jam 14.39.59 WIB. Ini adalah komunikasi terakhir yang terekam di rekaman komunikasi pilot ATC di Bandara Soekarno-Hatta," ujar Nurcahyo.(dtk)