GELORA.CO - Kisah pilu Susan (31) seorang guru honorer di SMAN 1 Cisolok yang lumpuh usai vaksinasi COVID-19, memantik perhatian Dudung Nurullah Koswara, Ketua Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Pria yang tinggal di Sukabumi itu menilai kejadian yang menimpa Susan adalah pesan dari tuhan di hari perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei besok.
"Jangan-jangan ini ada sebuah pesan tuhan di balik sakitnya bu susan sehingga bu Susan ini dia mengalami lumpuh hingga (berjalan) terpaksa harus ngesot. Kemudian dia tidak bisa membedakan warna artinya ada gangguan penglihatan kemudian gangguan bicara menjadi gagap," ungkap Dudung, kepada detikcom Sabtu (1/5/2021).
Sakit yang dialami Susan, kata Dadang, seolah menterjemahkan nasib para guru hari ini terutama nasib guru honorer yang dinilai masih jauh dalam hal kesejahteraan.
"Jangan-jangan ini adalah bahasa tuhan di balik Hardiknas, secara kolosal bahwa jangan-jangan para pendidik terutama guru honorer ini keadaannya masih ngesot kemudian dia tidak mampu bicara secara terbuka masih gagap karena kondisinya masih sangat belum ideal seperti guru-guru PNS lainnya, kemudian gangguan penglihatan jangan-jangan dia tidak bisa memandang masa depan yang lebih baik karena tadi gangguan melihat warna masa depan. Jangan-jangan seperti itu kalau kita lihat secara positif terhadap kejadian Bu susan. Itu saya pikir," beber Dudung.
Kejadian yang menimpa guru Susan dikatakan Dudung telah membangun sebuah gerakan moril. Banyak pihak terutama rekan seprofesi untuk bergerak, secara mandiri untuk mengulurkan tangan memberikan bantuan.
"Saya sebagai ketua PB PGRI sudah banyak sekali japri bahkan ada sejumlah orang mulia dari Bandung, kemudian dari forum guru honorer telepon pak minta nomor rekening. Kemudian dari Kota Sukabumi istri seorang kepala sekolah, pak minta nomor rekening ada sebuah gerakan dimana secara moral secara hal-hal lain kita untuk membantu," ungkap Dudung.
Dudung merasa saat ini guru Susan sangat perlu dibantu, ia berharap banyak pihak yang memberikan kontribusi agar guru Susan bisa kembali mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan.
"Jadi saya fikir bu Susan ini perlu dibantu dan bu Susan ini kita perlu bergerak bersama baik itu dia tenaga atau bentuk apapun yang menjadi empati bagi kita semua ibu Susan ini saya pikir bisa berkontribusi untuk menolong beliau karena beliau guru honorer, karena sebelumnya sehat terlepas dari pro dan kontra apakah ada terjadi malpraktek kita enggak tahu kita tidak mau berburuk sangka," ucap Dudung.
Insiden yang terjadi pada Susan, kata Dadang, harus dimaknai lebih dalam jelang Hardiknas besok. "Hari pendidikan nasional adalah satu momen yang tidak boleh hanya melintas sebagai ritual yang mainstream hari pendidikan nasional itu sebaiknya selalu beriringan dengan spirit perubahan pendidikan yang lebih baik dan lebih khusus dengan prestasi pendidikan dan para pendidik. Jadi hardiknas sejatinya membawa perubahan yang lebih baik," sambung dia.(dtk)