GELORA.CO - Kisah seorang mualaf asal Inggris saat mengimani islam, diceritakan dengan begitu indah. Sosok perempuan bule ini pun tak luput dari beragam rintangan, namun hidayah didapatkannya dengan dua elemen yang diberikan Sang Pencipta. Bagaimana kisahnya?
Mualaf asal Inggris Ameena Blake menceritakan pengalamannya saat berhasil mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam.
Dalam video berjudul ‘Ayo Ajari Saya Shalat dan Jadi Muslim yang Baik | Kisah Mualaf asal Inggris Ameena Blake’ dalam kanal YouTube Ayatuna Ambassador, perjalannya bermula saat ia lahir kembali ketika diadopsi oleh orangtua angkatnya.
Perjalanannya mencari Islam dimulai dengan Ameena yang pindah ke Shafield bersama orangtua angkatnya. Sosok orangtuanya yang merupakan seorang profesor, membuatnya mengenal beragam budaya dan agama, termasuk Islam.
Selama ini, Ameena yang dibesarkan sebagai seorang Kristen, selalu mempertanyakan segala hal yang ada di dalam kitab Injil. Bukan perkara sejarah dan cerita nabi, karena itu adalah kisah favoritnya, namun mengenai bukti keaslian kitab tersebut.
"Sebagai seorang Kristen, saya mempertanyakan isi Bible. Bukan mengenai nabi. Saya suka cerita soal itu. Tapi saya selalu mempertanyakan konsep trinitas," katanya.
Dulunya, Ameena kerap beribadah di Gereja Kristen yang tidak terlalu fokus pada Bunda Maria, Yesus, dan Tuhan itu sendiri. Menurutnya, fokus ibadahnya lebih kepada ide bahwa Yesus Kristus adalah juru selamat.
"Tetapi saya tidak bisa memahami konsep bahwa kenapa sang pencipta butuh seorang anak? Bagaimana mungkin seseorang menjadi Tuhan dan anak Tuhan dalam waktu bersamaan? Lalu, apa yang terjadi ketika anak Tuhan mati di kayu salib? Lalu di mana Tuhan kala itu?"
Di usia belianya yang masih 17 tahun, ia pun pergi ke menemui pendeta.
"Saya pergi ke pendeta gereja setempat. Maka saya bertanya ini di dalam Bible adalah firman Tuhan. Maka buktikan," tuturnya.
Namun, sang pendeta tak mampu membuktikannya. Ameena beranjak keluar dari agama kristen tanpa niatan mencari agama lain. Meski begitu, ia masih mengimani keberadaan Tuhan. Perjalanannya menemui Islam dimulai saat ia memiliki sahabat seorang muslim.
Pertemanan keduanya selayaknya remaja yang gemar bersosialisasi, pergi ke tempat hiburan malam dan sebagainya. Hingga suatu saat, Ameena keluar dari rumah dan meninggalkannya karena suatu hal.
"Saya meninggalkan rumah, semua pintu tertutup kecuali pintunya," terangnya.
Di usianya yang masih belia, Ameena yang juga seorang putri profesor, kerap tertarik pada buku. Saat itu, buku yang ada di rumah sahabatnya adalah Al-Quran terjemahan Yusuf Ali.
Berlatar belakang bacaannya dari Injil, ia membaca kisah nabi yang sama yang disukainya. Namun, ia belum menyadari bagaimana Islam.
"Karena sekolah di Barat selalu mengajarkan kita bahwa Islam dan Kristen dua hal berbeda. Tuhan adalah Tuhan, Allah adalah Allah. Tidak ada kesamaan. Seolah ini ada dua Tuhan yang berbeda," tuturnya.
Maka, saat ia membaca Al-Quran, perasaan positif timbul di dirinya. Hidayah, katanya, bisa didapat dari dua bahan utama. Yang mana, dua bahan utama itu tengah diraihnya.
"Bahan pertama adalah ilmu. Kedua adalah qolbu. Anda harus punya hati terbuka dan ilmu terbuka. Dan dua hal ini yang menyatu satu sama lain untuk menjemput hidayah. Kesiapan iman, kesiapan memeluk Islam," ungkapnya.
Ameena pun mempertanyakan mengenai Islam pada sahabatnya.Ia mempertanyakan bukti firman Tuhan serupa yang ia lakukan pada pendeta. Kendati begitu, sahabatnya tersebut merasa belum memahami Islam dengan baik, sehingga menawarkan Ameena menemui tetangganya yang seorang mualaf. Penjelasan Al-Quran pun dijabarkan dengan baik.
"Di sini ada beberapa ayat Al-Quran. Dia menunjukkan pada saya ayat tentang embriologi manusia dalam kandungan, gunung sebagai pasak di bumi dan banyak fakta sains mendukung Al-Quran," bebernya.
"Saya terkagum-kagum. Dan dia memberitahu saya kunci utamanya. Dia bilang, ini semua diwahyukan kepada seorang yang buta huruf, Muhammad di tengah gurun 1.500 tahun yang lalu," imbuhnya,
Meski ilmu telah didapatkan, Ameena belum ingin memeluk Islam. Proses hidayah masih berlanjut saat tetangga mualaf itu memberi film berjudul Arrisalah. Awal menonton film, Ameena merasa bosan dan tak begitu tertarik.
"Di bagian akhir dari film, ada sebuah adegan di mana Bilal berada di atas Ka'bah, dan dia kumandangkan adzan. Saya mendengar suara yang begitu luar biasa. Saya tidak mengerti satu kata pun. Setiap helai bulu tubuh saya seketika itu berdiri. Saya mengalami yang namanya bermandikan iman," terangnya.
"Rasanya seperti perasaan hangat yang menjalar ke seluruh tubuh. Di momen ini Allah memberikan saya rasa keimanan, rasa manis iman yang Rasulullah gambarkan. Jika yang seindah ini baru saja sekadar panggilan salat, Bagaimana dengan sisa Islam yang lain? Saya ingin jadi muslim sekarang," kisahnya kala itu.
"Saya diajak ke masjid dan ucap syahadat. Alhamdulillah itulah di mana perjalanan saya sebagai seorang muslim dan dakwah saya dimulai," pungkas Ameena.[viva]