Ketum Muhammadiyah: Di Indonesia Jarang Ada Pejabat Publik yang Salah Kemudian Mundur

Ketum Muhammadiyah: Di Indonesia Jarang Ada Pejabat Publik yang Salah Kemudian Mundur

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyindir mentalitas buruk para pejabat publik yang enggan mengakui kesalahan, bahkan lalu dengan kesatria memutuskan mundur dari jabatan.

Menurut dia, amat jarang ditemukan pejabat publik yang diketahui bersalah kemudian mengundurkan diri dari jabatannya di Indonesia selama ini. Haedar menilai saat ada kegagagalan pada tingkat elite, mereka akan menyalahkan oknum.

Fenomena itu ia kutip berdasarkan riset antropolog ternama Koentjaraningrat yang menjelaskan beberapa sikap minus orang Indonesia. Salah satu di antaranya sikap hidup yang kurang bertanggungjawab yang tercermin di elite publik dan warga bangsa.

"Orang Indonesia ini. Ada nilai-nilai yang minus. Apa? Satu, kurang bertanggung jawab. Kalau ada kegagalan elite langsung salahkan oknum. Jarang ada pejabat kita mundur," kata Haedar dalam Silaturahim Idulfitri 1442 H yang digelar Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa) secara daring, Senin (24/5).

Tak hanya itu, Haedar juga menyoroti kelakuan serupa juga terjadi pada warga bangsa. Di mana setiap ada kesalahan saling lempar dan saling tuding satu sama lain.

Haedar juga menjelaskan sikap minus lainnya adalah 'menerabas', yaitu keinginan untuk berhasil dengan cara memotong kompas atau instan.

"Tidak mau antre, ingin cepat dilayani. Kemudian ingin sukses belajar, ingin sukses studi dengan hasil baik namun tidak mau belajar secara mandiri, gigih dan lain sebagainya," ucap Haedar.

Haedar menilai pelbagai sifat minus tersebut kemudian memicu adanya jual beli gelar di dunia akademik Indonesia. Termasuk gelar profesor dan doktor atau 'doctor fo sale' hingga kasus plagiarisme.

Lebih lanjut, Haedar khawatir, insan akademik Indonesia ke depan akan kekurangan bahan atau bahkan tidak cukup untuk bersaing dengan negara lain. Ia juga mewanti-wanti kepada civitas akademika Muhammadiyah atas mentalitas sikap malas yang dimiliki.

"Mentalitas malas ini kalau tetap dipelihara, nanti kita tidak akan bisa bersaing," kata dia.

Melihat hal itu, Haedar menilai perubahan mentalitas perlu dimiliki untuk menghadapai era globalisasi dan era perubahan masyarakat modern di abad 21.

Perubahan itu, kata Haedar, diharapkan mampu menjadikan warga Muhammadiyah, termasuk warga bangsa menjadi orang yang unggul, berkemajuan dan punya mentalitas dinamis serta bersaing. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita