GELORA.CO - Para diplomat bersama Konsulat Jenderal AS di Shanghai mengklarifikasi terkait video viral yang mendapat reaksi keras dari netizen China karena dituding menyamakan para pelajar yang akan melakukan aplikasi visa dengan seekor anak anjing pada Jumat (7/5) waktu setempat.
Mereka mengatakan bahwa satu-satunya tujuan dibuatnya video tersebut adalah untuk menyampaikan kegembiraan dimulainya kembali layanan visa pelajar di China dan bukan mengobarkan rasa permusuhan.
Pada Rabu (5/5) sebuah postingan dari kantor visa Kedubes AS di akun Sina Weibo menyulut kemarahan netizen China. Postingan itu bergambar seekor anjing yang terlihat bersusah payah hendak melompati pagar rumah.
Dalam keterangan gambar, kantor visa itu 'membandingkan' para pemohon visa pelajar China dengan seekor anjing.
“Saat musim semi mekar, apakah Anda sama dengan anak anjing, bersemangat pergi keluar dan bermain?” lalu menginfokan tentang dimulainya kembali aplikasi visa bagi siswa.
Kepala urusan publik Konsulat Jenderal AS di Shanghai, Pauline Kao, mengatakan, "Satu-satunya niat kami adalah menyampaikan bahwa kami menyambut pelajar China kembali ke AS. Tidak ada niat jahat atau niat apa pun untuk menggambar analogi apa pun.”
“Tapi sayangnya, ini banyak diambil oleh media sosial dan netizen sebagai rasa permusuhan. Itu adalah pilihan yang disayangkan; kami menghapus videonya,” ujarnya, seperti dikutip dari Global Times.
“Kami ingin menghasilkan berita yang positif, ceria dan bahagia dan kami menggunakan platform media sosial kami (untuk melakukannya). Kami memiliki hashtag Diplopets (dalam postingan) khusus untuk menggunakan hewan peliharaan, kucing dan anjing rekan kami, untuk berbagi hobi dan kehidupan sehari-hari dengan publik untuk memperkuat pertukaran orang-ke-orang,” jelasnya.
Mengenai proses aplikasi visa pelajar, kepala bagian konsuler di konsulat, Michael Garrote, mengatakan bahwa 30 pejabat dikerahkan untuk menangani permohonan visa, dan rata-rata, pemohon membutuhkan waktu empat hingga lima hari untuk menerima kembali paspornya setelah wawancara.
Namun Garrote mengatakan bahwa tidak ada jumlah spesifik permintaan visa di China yang dapat diberikan, seraya menambahkan kebijakan untuk siswa yang disebut jurusan sensitif (militer, sains, ilmu komputer) tidak berubah. Sebagian kecil mahasiswa pascasarjana akan terpengaruh.
Garrote juga mengatakan bahwa tidak ada persyaratan vaksinasi tambahan dalam aplikasi visa pelajar.[rmol]