GELORA.CO - Warga Gaza mengisahkan bahwa mereka hidup dalam ancaman terus menerus beberapa hari belakangan. Kaum perempuan memilih tidur dengan hijab lengkap sehubungan terus berjatuhannya bom-bom militer Israel.
Abeer Z Barakat, seorang warga Central Gaza menuturkan tak ada tidur nyenyak di Gaza belakangan. "Baru dua jam kami tidur tiba-tiba 'bum!' jatuh bom Israel tak jauh dari rumah kami," kata dia dalam wawancara dengan Republika.co.id, Sabtu (15/5).
Mengingat ancaman itu, menurut Abeer, ia tidur dengan hijab lengkap. "Kami berdoa kepada Allah, jika ada apa-apa terjadi, misalnya harus meninggal tiba-tiba, kami tetap dalam keadaan satr (tertutupi)," kata dia.
Ia tak ingin auratnya terbuka jika seandainya nanti gugur dalam pengeboman dan disoroti dunia. "Kami belajar dari pengeboman 2014. Saat itu perempuan dan gadis remaja terekam dalam piyama dan gaun malam saat pemboman," Abeer melanjutkan. "Dan kami selalu berdoa, jika terbunuh kami meninggal sebagai syuhada," ujarnya.
Ia juga menyangkal klaim Israel bahwa serangan ke Gaza merupakan reaksi dari Israel atas roket-roket Hamas. "Mulanya kami di Masjid al-Aqsha (pada penyerangan akhir Ramadhan lalu) meminta bantuan pimpinan di Gaza. 'Tolong kami, kami terkepung'," ia menuturkan.
Pimpinan Hamas kemudian menjawab permintaan tolong itu dengan ancaman bagi pasukan Israel untuk meninggalkan al-Aqsha sekurangnya pukul 18.00 pada Senin (7/5) lalu jika tak mau roket meluncur ke Tel Aviv. Ultimatum itu tak digubris Israel sehingga roket diluncurkan dan dibalas pengeboman yang sejauh ini mengakibatkan sedikitnya 141 warga Gaza gugur, 39 diantaranya anak-anak.
"Jadi ini bukan reaksi. Ini kesempatan yang sudah mereka (Israel) tunggu- tunggu," kata Abeer.
Ia juga menuturkan, sering sekali roket Israel jatuh di Gaza pada waktu-waktu shalat wajib. "Pernah sekali waktu roket jatuh di dekat rumah kami saat kami sedang bersujud. Itu sujud paling indah yang pernah saya rasakan," kata Abeer menjelaskan ketenangan hatinya saat itu.[rol]