GELORA.CO - Wacana pembentukan poros Islam akan kandas jika partai politik berbasis massa Islam tidak mampu mengusung pemimpin yang berpihak dan dapat memajukan umat Islam sendiri.
Begitu yang disampaikan pengamat politik internasional Prof. Imron Cotan dalam acara diskusi Moya Institute bertajuk "Prospek Islam dalam Kontestasi 2024" secara daring, Jumat (7/5).
Lebih lanjut, Imron menegaskan jika partai politik beraspirasi Islam dan kebangsaan tidak mampu memanfaatkan krisis yang sedang berlangsung saat ini yakni krisis kesehatan, ekonomi, maupun global, maka cita-cita pembentukan poros Islam pada Pilpres 2024 akan gagal.
"Kemudian, yang menguatkan tesis saya bahwa krisis itu akan melahirkan pemimpin alternatif, sudah ada bukti di Brazil. Dan, sebenarnya Donald Trump juga muncul karena akibat ada krisis. Di Australia juga muncul pemimpin alternatif karena ada krisis," sebut dia.
Konteks sekarang di Indonesia, apakah pembentukan poros Partai Islam memang untuk menyongsong kontestasi 2024? Atau untuk menghimpun aspirasi kelompok Islam dalam kehidupan berbangsa ke depan?
Untuk menjawab itu, penting gagasan dan merumuskan alternatif baru bagi pemikiran politik di Indonesia.
"Kalau untuk sekadar menyongsong kontestasi 2024, saya kira akan kembali menemui kegagalan jika melihat dinamika yang ada saat ini,” katanya.
Sekarang, masih menurut Imron, dia mengaku belum melihat ada pemimpin alternatif yang bisa diusung berdasarkan aspirasi dari pandangan keislaman.
"Kita juga harus berhati-hati, apakah di Indonesia akan muncul pemimpin dari faksi kanan ekstrem. Semoga saja tidak. Seperti yang disampaikan Ketum (Partai Gerlora) Anis Matta, jika poros Islam dibentuk ada potensi pemecah belahan bangsa yang semakin mendalam," tandasnya.[rmol]