GELORA.CO - Bentrokan berdarah terjadi di kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem pada Jumat malam waktu setempat (07/05) setelah polisi Israel menembakkan peluru karet dan granat kejut ke arah para warga Palestina yang bersenjatakan batu.
Insiden ini terkait dengan ancaman pengusiran atas warga Palestina dari wilayah mereka yang diklaim oleh para pemukim Yahudi.
Sedikitnya 205 warga Palestina dan 17 aparat keamanan Israel luka-luka akibat bentrokan, ungkap kantor berita Reuters merujuk laporan dari kedua pihak.
Ketegangan kembali muncul di Yerusalem dan wilayah pendudukan Tepi Barat selama bulan suci Ramadan setelah beberapa kali bentrokan terjadi pada malam hari di Sheikh Jarrah - wilayah di mana banyak keluarga Palestina menghadapi pengusiran setelah sekian lama bersengketa secara hukum.
Seruan untuk menahan diri bagi kedua pihak telah dilontarkan Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa Bangsa, sementara Uni Eropa dan Yordania menyatakan keprihatinan atas situasi yang memanas terkait ancaman pengusiran atas warga Palestina.
Mengapa konflik bisa pecah lagi?
Puluhan ribu warga Palestina berdatangan ke Masjid Al-Aqsa, yang merupakan salah satu tempat suci bagi umat Muslim, kemarin untuk salat Jumat. Ini merupakan Jumat terakhir di bulan suci Ramadan tahun ini.
Setelah salat, banyak yang memilih tidak langsung pulang untuk ikut aksi protes menentang pengusiran warga Palestina di wilayah yang diklaim pemukim Yahudi.
Setelah berbuka puasa, pecah bentrokan di Al-Aqsa dan di dekat Sheikh Jarrah, yang terletak tak jauh dari Gerbang Damaskus yang terkenal di kawasan Kota Tua Yerusalem.
Polisi Israel menggunakan meriam air dari kendaraan lapis baja untuk membubarkan ratusan pemrotes yang berkumpul di dekat rumah-rumah keluarga yang terancam diusir.
Al-Aqsa, Palestina, Israel
Sedikitnya 205 warga Palestina dan 17 aparat keamanan Israel luka-luka akibat bentrokan (Reuters)
Para pemrotes juga berasal dari kawasan lain. "Kami sudah terbiasa menghadapi pendudukan ini, mereka mulanya mengambil beberapa rumah di sini secara ilegal, lalu mengklaim bahwa rumah-rumah ini punya mereka," kata pemrotes bernama Bashar Mahmoud, pemuda 23 tahun yang tinggal di kawasan Issawiya yang dekat dengan Sheikh Jarrah.
"Bila tidak mendukung kelompok warga di sini, [pengusiran] akan terjadi di rumah saya, rumah dia, rumah mereka, dan semua warga Palestina yang tinggal di sini," lanjutnya.
Pengurus masjid Al-Aqsa berupaya menenangkan situasi lewat pengeras suara. "Polisi harus berhenti tembakkan granat kejut ke jemaah, anak-anak muda harus tenang dan diam!"
Namun, bentrokan berdarah tak terelakkan. Jasa ambulans Bulan Sabit Merah Palestina mengungkapkan 108 dari warga Palestina yang luka-luka dilarikan ke rumah sakit, banyak dari mereka yang kena tembak peluru logam berlapis karet.
Seorang yang terluka harus kehilangan salah satu matanya, dan dua lainnya luka parah di kepala. Dua lagi patah tulang rahang. Sedangkan sebagian besar korban cedera rata-rata luka ringan, ungkap pernyataan Bulan Sabit Merah Palestina.
Seorang juru bicara polisi Israel menyatakan bahwa para pemrotes melemparkan bebatuan, petasan dan benda-benda lain ke arah para petugas, sekitar setengah dari 17 yang luka-luka harus dirawat di rumah sakit.
"Kami akan memberi tindakan tegas atas setiap kekerasan, kerusuhan, atau penyerangan atas petugas kami dan akan mencari siapa yang bertanggungjawab serta membawanya ke muka hukum," kata juru bicara itu.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, mengatakan bahwa Israel harus bertanggungjawab atas situasi yang membahayakan itu dan atas serangan yang terjadi di kota suci tersebut. Dia pun menyerukan Dewan Keamanan PBB segera menggelar rapat khusus menanggapi kekerasan itu.
Al-Aqsa, Palestina, Israel
Polisi Israel berjalan melewati tempat suci Dome of the Rock saat bentrokan dengan warga Palestina (Reuters)
Kekerasan yang meningkat di wilayah pendudukan Tepi Barat, saat dua warga bersenjata Palestina tewas dan seorang lagi luka parah pada Jumat kemarin setelah mereka menembaki basis militer Israel. Setelah insiden itu, militer Israel menyatakan akan menambah pasukan tempur ke Tepi Barat.
Mengapa Sheikh Jarrah jadi konflik?
Sebagian besar warga Sheikh Jarrah adalah orang Palestina. Namun, bagi Israel, wilayah itu merupakan lokasi suatu tempat suci karena terdapat makam seorang imam agung Yahudi.
Warga Palestina khawatir mereka akan diusir dari lingkungan itu, apalagi saat Mahkamah Agung Israel akan menggelar sidang soal sengketa hukum wilayah tersebut pada Senin pekan depan.
Juru bicara Komisi PBB urusan Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa pengusiran, bila diputuskan dan dilaksanakan, akan melanggar kewajiban Israel di muka hukum internasional atas wilayah Yerusalem Timur yang direbut dan didudukinya, bersama dengan Tepi Barat, dari Yordania pada 1967.
"Kami menyerukan Israel untuk segera menghentikan semua pengusiran paksa, termasuk mereka yang tinggal di Sheikh Jarrah, dan menghentikan setiap kegiatan yang akan menimbulkan suasana yang koersif dan mengarah kepada alih kepemilikan paksa," kata juru bicara Komisi HAM PBB, Rupert Colville pada Jumat.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa Palestina sedang "menghadirkan perselisihan real-estate antarpihak swasta untuk kepentingan nasionalis, dalam rangka menghasut kekerasan di Yerusalem." Palestina membantah klaim tersebut.
Israel menduduki Yerusalem Timur sejak Perang Timur Tengah 1967 dan mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya,, walau itu tidak diakui sebagian besar masyarakat internasional. Sedangkan Palestina menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya masa depan sebagai negara yang independen.(dtk)