GELORA.CO - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyampaikan harapan kepada Presiden Jokowi di Hari Lansia Nasional yang diperingati pada Sabtu (29/5) ini.
"Hari ini Hari Lansia Nasional. Dan kurang dari tiga puluh hari ke depan, Jokowi juga akan berada di gerbang usia lansia," ucap Reza dalam keterangan yang diterima JPNN.com, Sabtu.
Dia mengatakan mengacu UU Kesejahteraan Lansia, orang yang disebut lansia adalah yang berusia di atas 60 tahun. Jadi, terhitung per 22 Juni 2021 nanti, Presiden Jokowi pun sudah termasuk berusia di atas 60.
"Semakin sahlah bagi Jokowi untuk unjuk kepedulian pada warga lansia. Bukan semata karena Jokowi adalah presiden, tetapi juga karena Jokowi tahun ini termasuk dalam kategori lansia," sambung Reza.
Sisi lain, katanya, karena usia lansia acap dianggap sebagai usia dengan berbagai kerentanan, maka masyarakat pun layak menaruh perhatian lebih kepada Jokowi.
"Jokowi selaku warga lansia, utamanya," ujar pria yang menamatkan pendidikan sarjana psikologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.
Reza juga mengatakan bila membandingkan foto resmi Presiden Jokowi antara 2014 dan 2019, memang terlihat penuaan pada wajahnya.
Penuaan itu tampak, misalnya, pada kantung bawah mata yang menebal dan membuat mata suami Iriana itu menyipit. Garis di sekitar bibir dan pipi bawah pun makin banyak dan dalam.
Selanjutnya, tutur pria asal Rengat, Indragiri Hulu, Riau itu, celah antara leher dan kerah depan juga tak ada lagi akibat kulit leher yang mengendur.
'Warna rambutnya antara 2014 dan 2019 memang tetap sama. Tetapi kita bisa tebaklah; seperti banyak dilakukan lansia lainnya, itu rekayasa zat pewarna, hehehe," tulis Reza.
Dari sisi panca indera, kata dia, setidaknya Jokowi sampai sekarang tetap tak berkacamata. Walau berkas menggunung di atas meja, tetapi Presiden Ketujuh RI itu sepertinya tetap rajin mengonsumsi vitamin untuk matanya.
Menurut peraih gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne, Australia itu, tanda-tanda tersebut bukan hanya akibat pertambahan usia. Khusus bagi presiden, ada accelerated aging theory.
Teori itu menurutnya menjelaskan bahwa beban sebagai kepala negara, dengan stres berlipat ganda, dipandang sebagai penyebab mengapa proses penuaan itu berlangsung lebih kencang pada presiden.
"Bahkan, untuk setiap satu tahun yang dilalui presiden, dampaknya terhadap penuaan adalah setara dengan dua tahun," sambungnya.
Namun, Reza meminta stresnya Jokowi jangan buru-buru dipandang negatif. Sebab, presiden memang harus stres, karena itulah wujud betapa mantan wali kota Surakarta itu memasukkan berbagai persoalan secara serius ke dalam hatinya.
"Stres adalah penanda betapa Jokowi menyelami statusnya sebagai orang yang diasumsikan paling bertanggung jawab atas kehidupan ratusan juta manusia di Indonesia," tutur Reza.
Lagi pula, ucap Reza, kendati accelerated aging theory tampaknya berlaku pada Jokowi, tetapi tidak serta-merta itu berdampak buruk. Toh sebagai presiden, eks gubernur DKI Jakarta itu punya akses lebih luas terhadap layanan kesehatan.
"Dari sisi kesejahteraan finansial pun tetap stabil. Begitu pula akses ke sumber-sumber kesejahteraan dan ketenteraman lainnya," ujar Reza.
Dengan akses selengkap itu, meski tanda penuaan terlihat kentara di raut wajahnya, kata Reza, namun kualitas hidup Presiden Jokowi secara keseluruhan tetaplah positif. Ada peluang besar baginya untuk melampaui rerata usia harapan hidup pria Indonesia; 69,30 tahun (BPS, 2018).
Nah, dengan kondisi sedemikian rupa, ujar Reza, patutlah menggantungkan harapan bahwa Hari Lansia Nasional tahun ini tak berakhir pada jam 24.00 nanti.
"HLN sebatas jam weker yang semestinya mengingatkan kita, terlebih Presiden Jokowi, bahwa negara hadir bukan sebatas memperpanjang usia harapan hidup lansia, tetapi juga membawa bingkisan kebahagiaan bagi mereka," pungkas Reza Indragiri Amriel. []