GELORA.CO - Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jerman mendesak China untuk mengakhiri penindasannya terhadap minoritas Uighur di Xinjiang.
Hal itu disampaikan dalam sebuah konferensi virtual pada Rabu (12/5) yang selama ini memicu kegeraman Beijing. Konferensi tersebut digelar bersama Human Rights Watch dan menampilkan kesaksian dari orang-orang Uighur.
"Di Xinjiang, orang-orang disiksa. Wanita disterilkan secara paksa," ujar Dutabesar AS Linda Thomas-Greenfield, seperti dikutip AFP.
"Banyak dari mereka dan orang-orang dari agama minoritas lainnya dipaksa bekerja sampai mereka pingsan, membuat pakaian dan barang atas perintah negara," tambahnya.
Dalam pernyataannya, Thomas-Greenfield menggunakan istilah "genosida" untuk menggambarkan penindasan Beijing terhadap Uighur.
"Kami akan terus berdiri dan berbicara sampai pemerintah China menghentikan kejahatannya terhadap kemanusiaan dan genosida Uighur dan minoritas lainnya di Xinjiang," tekannya.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Dutabesar Inggris Barbara Woodward. Ia mengatakan terdapat bukti China melakukan penahanan massal secara sewenang-wenang, penghilangan paksa, dan penyiksaan terhadap minoritas Uighur.
"Kami mengimbau China untuk menghormati deklarasi universal hak asasi manusia dan kami meminta China untuk membongkar kamp-kamp penahanan," Dutabesar Jerman Christoph Heusgen menambahkan.
"Jika Anda tidak menyembunyikan apa pun, mengapa Anda tidak akhirnya memberikan akses tanpa hambatan kepada komisaris tinggi untuk hak asasi manusia ?" tanyanya kepada China.
Sebelumnya, China menuntut agar Barat membatalkan konferensi virtual tersebut. Dalam sebuah pernyataan, delegasi China menegaskan bahwa situasi saat ini di Xinjiang adalah yang terbaik dalam sejarah.[rmol]