GELORA.CO - Korea Selatan (Korsel) meluncurkan jet tempur karya industri penerbangan dalam negeri mereka, Korea Aerospace Industry Ltd (KAI), pada Jumat (9/4). Jet tempur bernama KF-X (Korean Fighter Experimental) itu, juga dikembangkan atas kerja sama dengan Indonesia.
Karenanya, di bagian ujung nama jet tempur itu juga disematkan tambahan IF-X (Indonesian Fighter Experimental), sehingga namanya menjadi KF-X/IF-X.
Saat acara peluncuran, Presiden Jokowi hadir secara virtual dan memberikan sambutan. Sementara Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, hadir secara fisik bersama Presiden Korea Selatan (Korsel), Moon Jae-in dan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Y.M Suh Wook.
Acara peluncuran itu juga ditayangkan di platform berbagi video, Youtube. Yang menarik dari tayangan tersebut, ada satu momen di acara peluncuran itu, saat jet tempur KF-X/IF-X itu disinari permainan cahaya. Dan salah satunya berupa tulisan berlafaz 'Allahu Akbar' dalam aksara Arab.
Hal ini memang hanya berlangsung beberapa detik, yakni pada menit 36.19, sebelum akhirnya sorotan lampu memendarkan cahaya lain. Seperti diketahui, Korea Selatan bukanlah negara Islam. Mayoritas agama penduduknya pun bukan muslim. Hal ini sangat berbeda dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim.
Momen munculnya lafaz 'Allahu Akbar' itu muncul, saat jet tempur KF-X/IF-X dibalut sorot cahaya yang menggembarkan bendera berbagai negara yang jadi stakeholder proyek pembuatan pesawat tersebut. Sebelumnya dalam sorot cahaya lampu, juga muncul bendera Merah Putih milik Indonesia, setelahnya ada bendera Amerika Serikat, yang ikut berkontribusi dalam teknologi jet tempur ini.
Tulisan 'Allahu Akbar' itu muncul diperkirakan sebagai bagian dari bendera Irak, yang menjadi salah satu negara yang diincar untuk membeli produk KAI itu.
Proyek pengembangan jet tempur KF-X/IF-X ini menelan dana USD 7,3 miliar atau lebih dari Rp 102 triliun. Dalam kesepakatan kerja sama, Indonesia dan Korea Aerospace Industry (KAI) akan menanggung masing-masing 20 persen biaya atau setara USD 1,46 miliar. Sisanya sebesar 60 persen atau USD 4,38 miliar ditanggung Pemerintah Korsel. (*)