OLEH: SALAMUDDIN DAENG
SINUHUN memiliki perhatian besar pada kilang minyak. Tak henti hentinya Sinuhun menggedor para pembantunya, aparaturnya, pengurus BUMN-nya untuk segera mambangun kilang.
Beliau berkali kali memerintahkan agar pembangunan kilang digeber, pembebasan lahan dipercepat, perizinan dipermudah. Intinya jangan ruwet.
Sinuhun murka karena selama lima tahun pemerintahannya, pembangunan kilang tidak mengalami kemajuan sama sekali. Kilang tidak terbangun sama sekali. Kilang-kilang yang ada tidak dikembangkan sama sekali.
Sinuhun dengan nada tinggi mengatakan, pembangunan kilang tidak mengalami kemajuan 1 persen pun. Perkataan keras kepada para pembantunya. Kalian ngapain aje?
Keinginan Sinuhun untuk membangun kilang yang besar dalam rangka memenuhi kebutuhan minyak nasional sangatlah kuat. Harapan agar kilang yang megah segera menjadi kenyataan.
Namun apa hendak dikata. Mimpi yang selama lima tahun tidak kunjung menjadi kenyataan. Ibarat pepatah ingin hati memeluk gunung namun apa daya tangan tak sampai. Sedih memang. Mengapa oh mengapa?
Tiba-tiba! Bagaikan disambar petir di siang bolong! Bukannya kilamg yang terbangun, malah kilang yang ada meledak dan terbakar. Bisa dibayangkan kegundahan Sinuhun saat ini. Gundah, sedih, marah bercampur aduk. Tapi tak tahu mau mengadu ke siapa. Tak tahu mau memarahi siapa?
Dua kilang terbesar milik Indonesia ludes dilalap api. Satu terbakar, satu meledak dan terbakar. Kilang Balikpapan dan kilang Balongan dilalap api dalam waktu yang hampir bersamaan, hanya berselang beberapa hari.
Sungguh ini merupakan pukulan yang sangat menyayat hati. Padahal tadinya Sinuhun marah karena kilang tidak terbangun satu persenpun selama masa kepemimpinannya.
Sekarang kenyataan sebaliknya, kilang malah menysut puluhan persen. Ini bagaimana? Mengapa bisa terjadi? Mengapa para pembantunya malah menyodorkan fakta yang begitu memilukan?
Para pembantu Sinuhun tampaknya tak mau disalahkan begitu saja atas kejadian ini. Berbagai dalih dan alasan mengemuka mengapa kilang bisa meleduk dilalap api.
Ada yang menyalahkan petir. Namun buru-buru dibantah BMKG yang menyebutka malam itu tak ada petir di Balongan. Dekom Pertamina menyatakan ini karena ada yang bocor. Kesalahan tampaknya diarahkan pada direksi yang dianggap lalai menjaga kilang.
Sementara pihak manajamen holdingpun tak mau begitu saja disalahkan, alasanya karena sekarang perusahaan sudah dipecah-pecah seperti kue tar dalam bentuk subholding. Ruwet ruwet ruwet.
Sampai sekarang Sinuhun masih diam seribu bahasa. Tak sepatah katapun beliau berucap soal dua kilang yang dilalap api. Beliau mungkin sangat bersedih.
Tapi masih untung ada anak Halilintar, Youtuber dengan 26 juta subscriber menikah pekan ini. Sinuhun hadir dan mudah mudahan menghibur hatinya.
Semoga masalah ini cepat selesai. Harus ada yang berdiri tegak menyatakan Siap Salah.