GELORA.CO - Presiden Jokowi mengunggah rancangan Istana Negara karya pematung Nyoman Nuarta, di kawasan ibu kota baru. Visualisasi yang disebut Jokowi di akun twitternya sebagai pradesain itu, mengundang komentar dari salah seorang pengamat asing.
Selain di akun twitter, Jokowi juga memposting video yang sama di akun instagramnya. Bedanya, di akun instagram Jokowi menyampaikan pujian buat pematung yang juga mendesain Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali itu.
“Usulan beliau sarat dengan filosofi lambang Burung Garuda sebagai pemersatu bangsa sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika,” tulis Presiden Jokowi, Jumat (2/4).
Seperti di akun instagram, di twitter Presiden menegaskan usulan dari Nyoman Nuarta ini masih pada tahap pradesain. Karenanya Jokowi sangat mengharapkan masukan dari berbagai kalangan tentang pradesain Istana Negara ini. “Saya mengharapkan masukan dari Anda semua tentang pradesain. Saya mengharapkan Istana Negara ini jadi kebanggaan bangsa, sekaligus mencerminkan kemajuan bangsa,” tulis Jokowi.
Postingan ini mendapat komentar dari salah seorang pengamat asing, yakni research fellow International Institute for Strategic Studies, Singapura, Aaron L. Connelly. Spesialis untuk kajian politik Asia Tenggara dan kebijakan luar negeri itu, menilai rencana ibu kota baru sebagai gagasan spektakuler. Tapi dia mempertanyakan sumber pembiayaannya.
“Presiden Jokowi terus menggembar-gemborkan rencana pembangunan ibu kota negara baru di Kalimantan. Itu terlihat spektakuler. Namun patut ditanyakan apakah Indonesia mampu membayar proyek senilai USD 32 miliar pasca-Covid,”-Aaron L. Connelly-
Dia juga mempertanyakan, kalau anggaran sebesar itu tersedia, kenapa tidak digunakan untuk mengatasi berbagai masalah di ibu kota negara Jakarta.
Aaron L. Connelly berpendapat, dengan anggaran pembangunan yang terserap habis untuk program-program pemerintah tahun ini, sulit untuk membayangkan ibu kota baru sudah terbangun sebelum Jokowi turun dari jabatan presiden pada 2024.
“Secara realistis, dengan pendanaan untuk proyek yang sudah habis tahun ini, sulit untuk melihat kemajuan yang berarti sebelum Jokowi meninggalkan jabatannya pada tahun 2024,” ujarnya.
Jika sampai belum terbangun hingga 2024, dia memang menyangsikan jika presiden baru Indonesia nanti akan tetap mempertahankan proyek pemindahan ibu kota yang disebutnya sebagai visi Jokowi. (*)