GELORA.CO - Susan (31) guru SMAN 1 Cisolok, Kabupaten Sukabumi mengalami kelumpuhan dan gangguan penglihatan. Menurut keterangan keluarga hal itu terjadi usai korban menjalani vaksin COVID-19 ke dua untuk tenaga pendidik.
Cerita tentang kelumpuhan dan gangguan penglihatan yang dialami Susan, berawal dari postingan warganet di media sosial. Warganet bernama Rudi Ripandi, dalam unggahannya ia mengetag nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Kemenkes dan sejumlah pihak lainnya. Rudi juga menyebut kejadian yang dialami guru Susan terjadi setelah menjalani suntik vaksin ke 2.
detikcom mencoba menghubungi Yayu (26) adik dari Susan. Yayuk membenarkan gangguan kesehatan yang dialami oleh kakaknya. Ia juga mengatakan hingga saat ini kakaknya masih kesulitan berjalan dan matanya masih belum bisa melihat dengan jelas meski sudah mendapat penanganan medis di RSHS Bandung.
"Ceritanya kakak saya ini mendapat vaksin kedua pada tanggal 31 Maret lalu, saat itu kakak saya sempat mengeluh katanya merasa pusing, mual, lemas. Oleh pihak Puskesmas diminta untuk istirahat, tapi bukannya membaik malah katanya sesak nafas," ungkap Yayu kepada detikcom, Rabu (28/4/2021).
Warga Kampung Pasir Talaga, Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok itu kemudian diminta untuk berbaring. Pemeriksaan tekanan darah dan kadar oksigen. Namun, hasil menunjukan hasil yang normal.
"Kata pihak puskesmas ini si teteh panik, coba tenangin. Saya saat itu kan nenemin di lokasi, kata saya teh tenang. Ternyata enggak bisa tenang, tangannya jadi kaku penglihatan jadi gelap blur, terus bicara juga jadinya kaku. Saat itu juga dipasang oksigen dan dibawa ke RSUD Palabuhanratu," ujar Yayu.
Selang sehari, Susan kemudian dirujuk ke RSHS Bandung. Dia kemudian sempat menginap satu malam akhirnya keluarga baru mendapat ruangan pada tanggal 1 April. "Dapat ruangan di kelas 3, sebenarnya BPJS kelas 2, berhubung penuh akhirnya kelas 3, dirawat selama 23 hari keluar dari RSHS tanggal 23 April," tuturnya.
Meski belum pulih seperti sediakala, kondisi Susan masih menghawatirkan. Keluarga diberi bekal obat-obatan, perkembangan kesehatannya pun hanya terlihat sedikit. "Sekarang sudah melihat warna dan bentuk tapi belum bisa melihat jelas. Kalau kemana-mana masih ngesot, geraknya sedikit, karena capek. Sampai saat ini masih begitu. Memang kalau pas awal prihatin banget, keluarga sudah pasrah waktu itu," kata Yayu.
Yayuk sendiri diketahui bekerja sebagai guru honorer di SMAN 1 Cisolok, ia mengajar Seni dan Budaya. Berdasarkan keterangan pihak medis di RSUD Palabuhanratu Susan terkena sesuatu yang menyerabf sistem imun dan kekebalan tubuh.
"Kalau dari dokter di Palabuhanratu begitu, tapi kalau kata pihak RSHS ada beberapa gejala, yang pertama GBS MFS Miller Fisher kemudian gangguan mata dan pencernaan," ungkap Yayu.
Yayu menduga sang kakak mengalami sakit saat ini pasca mendapat vaksin ke dua. Ia berharap kesembuhan kembali menghampiri kakaknya. "Saya hanya ingin kakak saya sembuh, sampai saat ini itu satu-satunya keinginan saya. Awalnya juga dia baik-baik saja," pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Pokja Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kabupaten Sukabumi Eni Haryati melalui Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Andi Rahman mengatakan hal itu sudah dalam penanganan oleh pihak KIPI.
"Kasusnya sudah di tangani oleh para ahli di RSHS. Apakah penyakit yang sekarang diderita oleh ibu Susan berhubungan dengan vaksin atau tidak, masih dalam penelitian atau investigasi para ahli di KOMDA KIPI Jawa Barat maupun KOMNAS KIPI. Kalau sudah ada hasil akhir dari investigasi Insya Allah akan ada pemberitahuan, bisa berupa jumpa pers ataupun pers realease," ungkapnya.
"Kami di pokja KIPI tidak berwenang memberi keterangan apakah ini berhubungan dengan vaksin atau tidak, karena kewenangan kami hanya sampai penatalaksanaan kasus sesuai kemampuan sarana yang ada di RS Kabupaten Sukabumi dan pelajaran, kewenangan innvestigasi ada di KOMDA dan KOMNAS KIPI," sambung Andi.
Andi juga membantah pihaknya melakukan pembiaran, menurutnya soal KIPI sudah ditangani oleh yang berwenang menangani hal itu.
"Supaya paham kita tidak ada pembiaran, apakah KIPI atau tidak oleh ahli yang menjawab bukan kita. Sisa vaksin ini kan, vaksin untuk 10 orang 1 vialnya. Sisanya disuntikan yang lain (ternyata) tidak apa-apa kalau dari vaksin semuanya ikutan dong," pungkas Andi.(dtk)