GELORA.CO - Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) Din Syamsuddin mengungkap penyebab teror masih marak di tanah air.
Menurut Din, penyebab teror ada kaitannya dengan faktor yang berkenaan dengan masalah kesalahan memahami agama itu sendiri, non keagamaan, dan faktor internasional.
Hal itu dikatakan Din Syamsuddin dalam acara sarasehan kebangsaan ke-42 DN-PIM bertajuk “Aksi Teror Mengapa Terulang Lagi?” pada Senin (5/3).
“Pertama, ada faktor keagamaan yaitu pemahaman yang salah atau gagal paham terhadap agama, terutama terhadap ayat-ayat kitab suci yang kemudian dipelintir sehingga agama dalam konteks terorisme ini disalahgunakan,” ujar Din Syamsuddin.
Oleh karena itu, menurut Din, hampir di semua agama selalu ada kelompok yang menyalahgunakan dan mengatasnamakan agama tertentu untuk tujuan kekerasan bahkan terorisme.
“Dan maaf saya harus katakan, di semua agama selalu ada kelompok yang menyalahgunakan agama untuk tujuan kekerasan atau terorisme,” tuturnya.
Kedua, ada juga faktor non agama. Dalam hal ini sosial, ekonomi, politik, yang terutama menyangkut dimensi ketidakadilan.
Menurut Din, faktor ini yang sering dijadikan latarbelakang oleh para pelaku teror itu sebagai sebuah pembenaran untuk melakukan aksi teror.
Selanjutnya, dalam banyak tulisan dan penelitian, Din Syamsuddin sangat konsen dan intens mengikuti pandangan para pakar, peneliti, tentang terorisme tersebut.
Ungkit Teror Menara Kembar AS
Din Syamsuddin mengungkit aksi teror menara kembar Amerika Serikat (AS).
Din mengatakan, sejak peristiwa aksi teror di menara kembar, ada penghimpitan atau penunggangan aksi-aksi teror itu oleh kelompok-kelompok yang sebenarnya bertujuan politik.
“Saya selalu mengatakan kesalahan fatal dari Presiden AS, Josh W. Bush yang waktu itu didukung oleh Tony Blair, dan juga Australia yaitu melakukan atribusi penisbatan aksi teror terhadap Islam,” ungkapnya.
“Kemudian melakukan generalisasi yang sangat berbahaya, seolah-olah seluruh umat Islam adalah radikal dan teroris,” imbunya.
Selain itu, juga stigmatisasi suatu agama, terutama oleh pers di dunia barat itu.
“Ini yang kemudian berubah bergeser dan saya mengamati, ada kegamangan di dunia barat sana itu untuk mengidentifikasi siapa kelompok ini,” kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Turut hadir para pemuka lintas agama dalam acara sarasehan DN-PIM antara lain Pdt Patar Napitupulu dari agama Protestan, Yohanes Handojo dari agama Katolik.
Kemudian, Philips K Widjaya dari agama Budha, KRHT Astono Chandra dari agama Hindu, dan KH Amidhan Shaberah dari Islam dan Uung dari Konghucu.[psid]