GELORA.CO - Kehadiran pendengung bayaran di media sosial terus dikeluhkan oleh kelompok kritis. Pasalnya, pendengung atau yang kerap disebut sebagai buzzer merusak pesan kritis yang disampaikan.
Selain itu, buzzer juga menyerang pribadi para kritikus yang sebenarnya sedang berniat untuk mengingatkan arah kebijakan pemerintah yang keliru.
Begitu jelas Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) Iwan Sumule saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (27/4).
Pernyataan Iwan Sumule ini dilontarkan untuk membela ekonom senior DR. Rizal Ramli yang terus-terus menjadi sasaran buzzer bayaran saat memberi kritik.
Rizal Ramli mendapat serangan ribuan buzzer selama 4 hari berturut-turut sebagaimana dikeluhkan dalam akun Twitter pribadinya. Para buzzer menimpali narasi kritis RR dengan pernyataan yang olehnya disebut bodoh, miskin kosakata, dan oon.
RR bahkan meminta kepada Presiden Joko Widodo, Kepala KSP Moeldoko, dan mantan Kepala BIN Hendropriyono untuk menertibkan buzzer bayaran.
Iwan Sumule sendiri menyebut bahwa buzzer bayaran tidak ubahnya sebagai sebuah kuman dalam kehidupan berdemokrasi.
“BuzzerRp (buzzer bayaran) itu ‘kuman demokrasi’,” ujarnya.
Baginya, yang lebih membingungkan di negeri ini adalah adanya pihak-pihak yang dengan sengaja beternak kuman demokrasi.
Menurut Iwan Sumule, orang yang beternak buzzer tersebut memiliki dua kecenderungan. Pertama adalah mereka suka yang jorok-jorok, mengingat habitat kuman yang jorok.
“Peternaknya dapat dipastikan suka yang jorok-jorok, termasuk suka jorokin,” tuturnya. (RMOL)