GELORA.CO - Kebakaran melanda 2 pasar besar di DKI Jakarta hanya dalam jeda 4 hari.
Pasar Kambing Tanah Abang dan Pasar Inpres Pasar Minggu ludes akibat peristiwa kebakaran tersebut. Lantas apakah pasar-pasar di DKI Jakarta memang rawan terbakar?
Kebakaran pasar sempat terjadi di Pasar Kambing, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Kamis (8/4) yang lalu sekitar pukul 16.50 WIB. Kebakaran yang diduga akibat korsleting listrik ini menghabiskan sekira 5.000 meter persegi area pasar dengan rincian 136 lapak dan 40 kios terbakar. Kerugian akibat kebakaran Pasar Kambing Tanah Abang ini pun ditaksir mencapai Rp 1 miliar.
Selang 4 hari kemudian, tepatnya Senin (12/4) yang lalu, sekitar pukul 18.29 WIB kebakaran kembali melanda sebuah pasar besar di wilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kala itu, Pasar Inpres Pasar Minggu terbakar.
Hampir 31 mobil damkar berupaya memadamkan kebakaran yang menghanguskan kurang lebih 392 kios. Butuh waktu 5 jam untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di Pasar Inpres tersebut. Hingga kini pihak kepolisian juga masih menelusuri penyebab kebakaran di pasar tersebut.
Saat Kebakaran Masih Melanda Pasar Kambing (Fathan/detikcom) Foto: Pasar Kambing kebakaran (Fathan/detikcom)
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, telah angkat bicara soal 2 kebakaran pasar dalam hitungan hari. Riza menyebut memang sejumlah properti yang ada di DKI Jakarta tidak memenuhi standar keselamatan dan pencegahan kebakaran.
"Semua properti di Jakarta harus memenuhi standar. Masih banyak di Jakarta properti yang tidak memenuhi standar, pengamanan dan pencegahan bahaya kebakaran," tegasnya.
Minim APAR di Pasar
Persoalan kebakaran yang terjadi di 2 pasar besar di DKI Jakarta tersebut juga dijelaskan oleh Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI).
Kabid Infokom IKAPPI Reynaldi Sarijowan menjelaskan di tahun 2021 berdasarkan data yang dimiliki IKAPPI sudah ada 38 kebakaran pasar di seluruh Indonesia dengan rincian 2 di antaranya terjadi di DKI Jakarta.
"Memang sebenarnya beberapa poin saya telah menjelaskan juga pasca kebakaran pasar kambing yang lalu, bahwa ini hingga April saja rata rata catatan kami sudah banyak sekali pasar terbakar.
Catatan kami sih hingga tanggal 14 April ini, tercatat bahwa 38 kasus kebakaran pasar di Indonesia, di Jakarta ada 2 ini," kata Reynaldi Sarijowan, saat dihubungi detikcom, Rabu (14/4/2021).
Reynaldi lalu menjelaskan terkait fenomena yang terjadi di 2 pasar di DKI Jakarta yang terbakar beberapa saat yang lalu. Dia mengungkap 2 pasar besar tersebut minim bahkan tidak ada proteksi dini untuk kebakaran seperti APAR.
"Nah memang masih kurang sekali apa sistem proteksi dini seperti APAR, di tiap-tiap blok masih sangat minim bahkan nggak ada, Pasar Minggu itu nggak ada, apa lagi Pasar Kambing. Pasar kelas yang A aja seperti Pasar Minggu ada mungkin tapi minim sekali," ucapnya.
Selanjutnya, Reynaldi mengungkit terkait pengelolaan dan manajemen pasar yang ada di Pasar Inpres Pasar Minggu dan Pasar Kambing Tanah Abang. Dia menyebut kedua pasar yang berada di bawah pengawasan PD Pasar Jaya tersebut memang dikelola secara tidak layak.
"Terkait dengan manajemen pengelolaan pengawasan juga ini masih jauh dari, maksud kami manajemen pengelolaan pengawasan ini hampir semua masih jauh dari kata layak, ini juga menajdi penting untuk koreksi juga kepada PD Pasar Jaya, dua pasar ini di bawah naungan PD Pasar semua, Pasar Kambing dan Pasar Inpres Pasar Minggu. Kalau kita mau benahi itu semua kemudian ada upaya-upaya agar hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," ujarnya.
Reynaldi meminta agar para pedagang pasar waspada lantaran kondisi pasar di seluruh Indonesia, khususnya DKI Jakarta memang berada pada kategori status waspada kebakaran. Selain itu, dia juga meminta agar pihak PLN menelusuri terkait aliran-aliran listrik di pasar-pasar di DKI Jakarta lantaran korlseting listrik kerap menjadi penyebab kebakaran di pasar.
"Kita juga perlu untuk mengecek ulang kembali PLN, ini sering terjadi 2 pasar ini kasusnya korlseting listik konon katanya, artinya harus dicek kembali PLN kenapa selalu masalah di korsleting listrk, harus ada perbaikan-perbaikan," tuturnya.
Lebih lanjut Reynaldi membantah jika penyebab rawannya kebakaran di pasar akibat padatnya kios kios atau lapak di dalam pasar. Selain itu, bahan dasar kayu yang biasa mendominasi lapak di pasar juga menurutnya bukan menjadi penyebab utama kebakaran rawan terjadi di pasar.
"Sebenarnya bukan persoalan kepadatan jumlah dan lain sebagainya, tinggal sosialisasi dan penguatan aja, dan nggak masalah mau bahan dasar kayu dan lain sebagianya, kan sering kali yang terjadi pasar kebakaran korsleting ya kita fokus aja kepada penyelesaian di ranahnya PLN, diperbaiki jaringan listriknya, terkait dengan sangat mudah terbakar dan lainnya ini kan kembali ke kewaspadaan pedagang dan cara manajemen pengelola melakukan antisipasi," imbuhnya.(dtk)