GELORA.CO - Indonesia Police Watch (IPW) mendesak Polda Metro Jaya segera mengungkap secara transparan kasus dugaan pengeroyokan yang mengakibatkan seorang personel Brimob tewas dan satu prajurit Kopassus luka-luka, di dekat salah satu bar di Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (18/4) pagi.
IPW menilai kasus tersebut penting segera diungkap agar tidak menjadi teror baru bagi warga Jakarta di saat menjalani Bulan Ramadan.
Menurut Ketua Presidium IPW Neta S Pane, setidaknya ada empat pertanyaan yang muncul dari kasus tersebut.
Pertama, benarkah kasus itu berlatar belakang keributan antaroknum aparatur keamanan?
Kedua, benarkah lima dari ketujuh pelaku sudah ditangkap dan yang menangkap adalah aparat militer?
"Ketiga, benarkah korban tewas adalah supir Kabaintelkam Komjen Paulus Waterpau? Keempat, benarkah keributan terjadi saat mereka berada di bar dan berlanjut di luar bar?," ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam keterangannya, Senin (19/4).
Pengamat kepolisian ini lebih lanjut mengatakan, sepengetahuannya, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sudah melarang anggota Polri berada di tempat hiburan malam, setelah kasus ditembaknya anggota TNI oleh oknum polisi di sebuah kafe di Cengkareng, beberapa waktu lalu.
"Informasi yang diperoleh IPW, lima dari tujuh pelaku sudah tertangkap. RMS, PW, MI, MS dan HW. Sedangkan dua lagi masih buron. Polda Metro Jaya perlu menjelaskan, apakah para pelaku bagian dari oknum aparatur keamanan atau bukan," ucapnya.
Menurut Neta, aksi pengeroyokan yang mengakibatkan korban tewas tersebut sempat viral di media sosial, yang diambil dari sebuah rekaman video CCTV.
Terlihat dua orang terkapar di dekat salah satu bar yang berada di Jalan Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Peristiwa keributan itu terjadi Minggu 18 April sekitar pukul 05.30 WIB.
Sejumlah saksi mata menyebut keributan terjadi pukul 05.30 WIB, tetapi kedua saksi menemukan korban terluka pada pukul 07.30 WIB, sedang tergeletak di trotoar Jalan Faletehan.
"IPW mendesak Polda Metro Jaya segera menjelaskan kasus ini secara transparan dan segera mengantisipasi agar kasus serupa tidak terus terulang," tuturnya.
Neta lebih lanjut mengatakan, jika kasus berawal dari tempat hiburan malam, maka menjadi pertanyaan kenapa tempat hiburan malam masih saja dibiarkan buka hingga pagi hari?
"Padahal, pascapenembakan anggota TNI di kafe di Cengkareng, para pejabat di Jakarta sibuk mengecam pembiaran tempat hiburan malam buka hingga pagi hari," pungkas Neta.[]