GELORA.CO - Tensi perpolitikan Indonesia mendadak panas setelah muncul adanya dugaan skenario presiden 3 periode di rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Walau mayoritas politisi dan berbagai kalangan menolak adanya jabatan presiden 3 periode, tetapi ada pula yang justru mendukung bila itu terjadi.
Sebelumnya, mantan Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais mencurigai adanya skenario agar usulan presiden 3 periode bisa diloloskan di rezim Jokowi.
Menurut Amien Rais, ada usaha yang betul-betul luar biasa terkait kecurigaannya soal skenario presiden 3 periode itu, terutama dengan beking politik serta keuangan yang kuat.
Mantan Ketua MPR itu menduga, rezim Presiden Jokowi akan mengambil mungkin satu atau dua pasal untuk dibahas dalam Sidang Istimewa MPR dengan alasan perlu diperbaiki.
Selanjutnya, kata Amien Rais, akan ditawarkan pasal baru yang kemudian memberikan hak kepada presiden agar bisa dipilih 3 kali atau 3 periode.
Merespons tudingan presiden 3 periode, pihak Istana pun sempat membantah adanya wacana hingga skenario soal perubahan masa jabatan presiden tersebut.
Presiden Jokowi bahkan dengan tegas membantah isu penambahan jabatan agar bisa dirinya bisa menjadi presiden 3 periode.
Di tengah isu presiden 3 periode itu, Ahli Ekonomi Prof. Emil Salim secara tiba-tiba mengulas terkait beberapa kelebihan dari Soeharto saat menjabat Presiden RI ke-2.
Melalui akun Twitter pribadinya @emilsalim2010 yang diunggah Prof Emil Salim menuliskan ada 3 kelebihan Soeharto ketika memimpin Indonesia.
“Presiden Soeharto bisa ada kekurangannya. Namun, di masa pimpinan beliau (1) RI negara pertama di dunia yang miliki Menteri Lingkungan Hidup 1978; (2) RI aktif dalam Komisi Dunia, pelopori 'Pembangunan Berkelanjutan'; (3) RI ikut cipta Konvensi Perubahan Iklim dan Biodiversity (1992)," tulis Prof Emil Salim, Sabtu 20 Maret 2021.
Keesokan harinya, Prof. Emil Salim kemudian menjelaskan alasan dirinya menyinggung soal kelebihan dari Presiden Soeharto sebelumnya.
"Jika kita angkat prestasi seorang Presiden masa lalu, tidaklah dimaksud merendahkan karya Presiden-Presiden lain, termasuk yang sedang berfungsi," tulis Prof. Emil Salim, Minggu 21 Maret 2021.
"Tetapi sekedar membangkitkan kebanggaan bahwa bangsa Indonesia punya potensi berprestasi tinggi dibawah pimpinan seorang Presiden,” kata Prof. Emil Salim menyambungkan.
***