Pemerintah Disarankan Gaet Habib Rizieq Jadi Influencer Vaksinasi

Pemerintah Disarankan Gaet Habib Rizieq Jadi Influencer Vaksinasi

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengusulkan agar pemerintah melibatkan eks pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab sebagai salah satu influencer alias pemengaruh vaksinasi covid-19.

Menurutnya, langkah itu bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin covid-19, terutama dalam aspek kehalalan yang belakangan sedang ramai diperbincangkan menyusul dugaan vaksin merek AstraZeneca mengandung enzim babi.

"Saya mengusulkan Habib Rizieq Shihab pun kalau perlu jadi influencer vaksinasi, karena ini supaya orang tidak melihat ini isu politik, tapi ini isu bersama," ujar Burhanuddin dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia yang berlangsubg secara daring, Minggu (21/3).

Dia mengungkapkan, berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia pada Februri 2021 lalu, tercatat sebanyak 81 persen responden menilai faktor kehalalan vaksin covid-19 menjadi salah satu isu penting dalam program vaksinasi nasional.

Sementara, sebanyak 15 persen responden menilai segi keamanan vaksin lebih penting dibanding kehalalan.

Oleh karena itu, Burhanuddin menilai, pemerintah harus mulai lebih memaksimalkan peran-peran tokoh agama, terutama ulama demi menyukseskan program vaksinasi covid-19 nasional.

"Ini artinya isu kehalalan ini menjadi krusial, termasuk buat saya pemerintah harus lebih memaksimalkan peran dari tokoh ulama, tokoh agamawan. Jadi yang jadi influencer vaksin bukan hanya Raffi Ahmad," kata Burhanuddin.

Untuk diketahui, berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia pada 4 hingga 10 Maret 2021, sebanyak 73,2 persen dari 1.200 responden anak muda dalam rentang usia 17-21 tahun bersedia mengikuti vaksinasi covid-19.

Namun, jika mengacu pada hasil survei pada Februari 2021 lalu, Burhanuddin meyakini mayoritas anak muda juga menganggap kehalalan vaksin menjasi salah satu isu krusial.

"Tapi kalau kita asumsikan 81 persen itu menganggap kehalalan itu penting dan itu ditanyakan secara umum, baik umum maupun tua, berarti penting juga untuk anak muda di Indonesia," ujarnya. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita