GELORA.CO - Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo kembali angkat bicara perihal kudeta Partai Demokrat yang baru-baru sudah sampai pada tahap Kongres Luar Biasa (KLB), dengan Moeldoko dipilih sebagai ketua umumnya.
Gatot yang sebelumnya membeberkan fakta bahwa ia pernah ditawari posisi ketum Demokrat sebagaimana Kepala Staf Presiden, Moeldoko, mengungkap bahwa tawaran itu datang dua kali kepadanya.
Yang mengejutkan, ada orang kuat dan berpengaruh yang menawarinya posisi tersebut. Namun, Gatot enggan menyebut nama.
"Saya pikir dia tidak bisa dikendalikan ya, orang itu. Orang ini orang cukup berpengaruh. Hanya dia menginginkan saya untuk maju, sehingga ada alternatif," ujar Gatot, dalam wawancara bersama TVOne.
Saat ditanya apakah orang tersebut sama dengan orang yang menawarinya posisi ketum Demokrat kepada Moeldoko, Gatot menyebut bukan.
"Saya pikir tidak. Tetapi dia tahu persis dan pernah ketemu," kata Gatot.
Saat tawaran itu datang kedua kali padanya, Gatot menyebut bahwa orang itu menyampaikan padanya bahwa akan ada kudeta seperti yang sudah terlihat dalam KLB di Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara.
"Begitu AHY ngomong (mengungkapkan isu kudeta ke publik), dia datang lagi," jelas Gatot.
Namun kata Gatot, AHY tidak tahu akan hal itu.
Saat ditanya motif orang tersebut mengajaknya mengkudeta Demokrat, Gatot tidak menjawab secara gamblang.
"Orang ini dapat dikatakan bersama-sama membantu lahirnya Demokrat. Kemudian punya hubungan yang kuat dengan Pak SBY. Kemudian orang ini begitu Pak SBY selesai, dia mengatakan, 'Pak, saya sekarang tidak di Demokrat lagi'. Jadi orang yang bebas," katanya.
Saat disinggung soal komentar orang-orang yang menuduhnya menyampaikan kabar bohong terkait tawaran tersebut, Gatot tak acuh.
"Ya bebas saja orang mengatakan hoaks, mengatakan saya bohong. Terserah. Tetapi saya harus melindungi teman saya. Saya tidak minta dipercaya. Tanggapan orang sah-sah saja. Dan tanggapan saya kemarin sebelum KLB. Jadi saya menyampaikan apa adanya. Saya gak punya kepentingan," katanya.
Saat ditanya tanggapannya terkait Moeldoko yang kini dipilih jadi Ketum Demokrat versi KLB, Gatot enggan menjawab.
"Saya tidak akan berkomentar tentang Pak Moeldoko. Beliau adalah senior saya dan beliau yang saya gantikan. Sedangkan bapak SBY saja tidak marah kepada Pak Moeldoko. Tapi, sangat disayangkan hal ini terjadi," kata dia.
Sebelumnya, Gatot mengaku menolak tawaran itu, dengan alasan bahwa hal tersebut tidak etis dan bertentangan dengan moral. Apalagi, ia pernah diberi jabatan oleh Susilo Bambang Yudhoyono kala itu, antara lain sebagai Pangkostrad dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
"Gini lho. Saya ini bisa naik bintang 1 bintang 2. Taruhlah itu biasa. Tapi kalau saya naik bintang 3, itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti presiden tahu, apalagi presidennya tentara waktu itu, Pak SBY. Tidak sembarangan. Bahkan, saya dipanggil, 'Kamu akan saya jadikan KSAD'. Laksanakan tugas dengan profesional. Beliau berpesan, 'laksanakan tugas dengan profesional, cintai prajuritmu dan keluarga dengan segenap hati dan pikiranmu'. Apakah iya saya dibesarkan oleh 2 presiden, satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Jokowi, terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?" kata Gatot.
Dengan menukil kejadian seekor puma yang tidak jadi memakan orang utan yang sudah diterkam karena tahu bahwa orang utan itu punya anak, Gatot menyampaikan nilai moral dari kasus tersebut.
"Nah, value apa yang akan saya berikan kepada anak saya? Waduh itu anak enggak beradab tuh. Sudah dijadikan KSAD sama ini (SBY), anaknya menjabat malah digantiin, malah dihabisin, untuk yang lebih besar lagi," katanya.
"Saya bilang, saya terima kasih, tetapi moral etika saya tidak bisa menerima yang seperti itu. Akhirnya, 'Pak kan..', 'Sudahlah, enggak usah bicara lagi', saya bilang," kata Gatot menambahkan. []