GELORA.CO - Politisi Partai Demokrat Rachland Nashidik enggan mengomentari perihal dugaan 4 orang lain yang diduga sebagai dalang kudeta Partai Demokrat.
Menurutnya, fokus publik dalam kasus ini harus tetap diarahkan pada perilaku kekuasaan yang cawe-cawe di internal partai.
“Apa yang jadi concern publik adalah perilaku kekuasaan. Dan sebaiknya kepada hal itu fokus,” tegasnya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (2/2).
Sementara saat ditanya tentang nama-nama selain Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko, yang menjadi dalang kudeta, Rachland enggan menanggapi. Dia beralasan semua itu bisa diselesaikan secara internal.
"Saya tidak terlalu perhatikan. Persoalan tersebut bisa diselesaikan secara internal,” tutupnya.
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam jumpa persnya menyebut bahwa mereka yang menggalang manuver politik terdiri dari 5 orang.
Mereka adalah 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai, karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan 1 mantan kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu.
Sementara satu lagi adalah non kader partai yang kini menjadi seorang pejabat tinggi pemerintahan.
Untuk nama non kader partai yang kini menjabat sebagai pejabat tinggi pemerintahan sudah terjawab. Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief gamblang menyebut Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko.
Sementara mengenai kader Demokrat aktif yang turut menggalang kudeta, kabar yang beredar mengerucut pada nama Johny Alen Marbun. Untuk nama kader yang disebut tidak aktif lagi sejak 6 tahun lalu, kabarnya adalah Marzuki Alie.
Adapun nama kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat karena kasus korupsi diduga adalah Muhammad Nazaruddin.
Sedangkan nama mantan kader yang sudah keluar sejak 4 tahun lalu diduga adalah Max Sopacua.(RMOL)