Oleh:Adian Radiatus
TAK ada satupun oknum pelaku upaya 'kudeta' Partai Demokrat yang tidak syok atas pernyataan AHY di hadapan media publik bahwa telah menulis surat secara langsung kepada presiden terkait adanya pejabat istana yang terlibat sejenis 'persekongkolan' dengan oknum-oknum mantan pengurusnya.
Bagaikan petir menyambar disiang hari bolong, begitu gambaran keterkejutan para pihak perencana merebut Partai berlambang bintang segitiga itu. Tak dinyana penyusupan yang dilakukan kedalam organ resmi DPD maupun DPC tidak membuahkan hasil sesuai skenario.
Meskipun Istana membantah dan menyatakan itu adalah masalah internal partai, pengakuan langsung dari Moeldoko malah menunjukan sikap 'gentle' tidak berkelit malah mengakui ada langkahnya d isana.
Moeldoko sebenarnya tidak dapat disalahkan manakala merespon barisan tersingkir di Partai Demokrat yang ternyata ada upaya menggadang-gadangnya. Yang terjadi kemudian 'bak gayung bersambut', maka tak heran situasi yang bisa mereda menjadi tetap 'panas' di luar dan hangat di dalam.
Tak perlu lagi menyebut beberapa nama yang sudah ‘out of the box’ di Partai ini, tetapi substansinya adalah tumbuhnya sifat petualangan politik daripada sikap negarawan atau minimal politikus yang bermoral. Alhasil sangat mudah menyimpulkan bahwa ada kepentingan kelompok kekuasaan dibalik kisruh yang coba dibangun dipanggung Partai Demokrat ini.
Tak dapat dipungkiri inisiatif SBY mendirikan Partai Demokrat pasti tidak terlalu diperhitungan pada awal pendiriannya, namun berbeda dengan Hanura, Nasdem juga Perindo, partai ini tak dinyana mampu menjadi penghantar SBY ke kursi RI 1 dan mulus hingga dua periode.
Nilai yang sangat 'valuable' ini tentu bagi petualang politik apalagi datang dari akibat tersingkirkan tentu terasa sangat menantang untuk setidaknya di'kacau'kan kalau tak mungkin dikuasai via suara konspirasi Munaslub partai. Hal yang rasanya tidak relevan bila disuarakan oleh pihak diluar partai bahkan mekanisme didalam partai pun mesti memiliki dasar kuat aturan partai untuk agenda semacam itu.
Ketum AHY dan jajaran DPP DPD juga DPC dapat memanfaatkan momen liar ini sebagai penguatan konsolidasi internal juga membangun solidaritas loyalitas yang lebih mem'bathin' sesama pengurus dari level pusat hingga seluruh daerah dan ranting termasuk orsap pendukung.
Kita menyadari bahwa banyak watak baik berubah menjadi buruk manakala merasa kekuasaan berada di tangannya, kekuatan materi dipakai bukan untuk kedamaian tapi digunakan untuk menjadi "Raja" di ladang bukan miliknya.
Demokrat ibarat tanah subur yang sudah banyak menghasilkan 'buah' kebaikan bahkan untuk negeri ini telah menghadirkan kesejukan setidaknya selama sepuluh tahun kepemimpinan SBY.
Sangat menarik bagi mereka yang haus mencari identitas menjadi ‘pemimpin' meskipun dengan jalan pintas. Karena itu tak mengherankan dengan kalap berupaya melahap Demokrat menjadi semacam keniscayaan bagi petualang-petualang politik itu.
(Pemerhati sosial politik)