GELORA.CO - Kerumunan masyarakat terjadi saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (23/2). Peristiwa itu tepatnya di Maumere.
Saking antusiasnya masyarakat menimbulkan kerumunan dan menjadi sorotan di media sosial.
Beberapa kalangan mengkritisi pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 yang terjadi yakni kerumunan masa saat menyambut orang nomor satu di Indonesia itu.
Apalagi banyak masyarakat yang tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan, misalnya tak memakai masker dan menjaga jarak, serta menghindari kerumunan.
Filsuf Rocky Gerung mengaku sempat tidak percaya kejadian itu.
"Itu bukannya hoaks? Saya kira itu hoaks. Saya pikir itu video lama kemudian diakali pakai masker, kemudian ada yang kena lemparan bansos. Polanyakan begitu jadi saya belum tahu itu hoaks atau bukan. Tergantung Istana," ujarnya di kanal YouTube Hersubeno Arief Point, Rabu (24/2).
Menurutnya peristiwa itu dramatis tetapi menjadi tragis. Alasannya, karena terjadi di masa pandemi Covid-19.
Ditambah lagi pemerintah tengah menerapkan PPKM Mikro untuk membatasi penularan Covid-19 yang angkanya sudah tembus sejuta kasus.
"Jadi sebetulnya itu dramatis sekali peristiwa itu tetapi akibatnya tragis karena ini di masa pandemi. Kalau enggak ada pandemi sih itu dramatis bisa menaikkan elektabilitas sang tokoh. Namun, jadi tragis karena ada pembandingnya," ujarnya.
Rocky menimpali, ketika melihat video tersebut dirinya mengira yang mengeluarkan kepala dari dalam mobil itu Habib Rizieq Shihab.
"Saya tadinya berpikir yang keluarin kepala di mobil itu Habib Rizieq seperti di bandara. Kan Habib Rizieq dulu begitu," katanya.
Peristiwa yang menggegerkan ini semestinya bukan hanya dijawab dengan keterangan istana saja. Karena publik pasti akan membandingkan dengan Habib Rizieq yang dipenjara gara-gara kasus kerumunan.
"Jadi kalau kita bikin perbandingan mestinya ada keterangan lain dari Istana. Perlu diterangkan kecurigaan publik atas peristiwa itu atau kejengkelan publik atas peristiwa itu. Jadi istana tidak cukup menerangkan bahwa peristiwa itu yang terjadi karena kesiagaan yang kurang dan antusiasme masyarakat yang berlebihan," bebernya.
Karena kalau melihat video itu artinya presiden memancing kerumunan dengan melemparkan benda-benda dari dalam mobil yang disebut hadiah.
"Itu kan artinya minta rakyat berkumpul, nih ada hadiah," sambungnya.
Kalau presiden merasa ini waktu masih pandemi mestinya diam saja di dalam mobil, lanjutnya, cukup melambaikan tangan, sehingga ada kesempatan Paspampres meluruskan arah mobil agar kerumunan tidak mendekat. Namun, justru presiden memancing dengan melempar hadiah.
"Mana ada orang dilempari hadiah malah menjauh, ya pasti mendekatlah," ucapnya.
Makanya tidak heran peristiwa ini dipersoalkan netizen, karena prinsip hukum itu equality before the law, ada persamaan di hadapan hukum. Asas di mana setiap orang tunduk pada hukum peradilan yang sama.
"Yang terjadi adalah stupidity before the law, karena orang bandingkan langsung dengan Habib Rizieq yang juga dituduh melakukan kerumunan tapi dihukum," jelasnya.
Presiden menurut Rocky sebaiknya langsung melakukan klarifikasi tanpa perlu menunggu istana minta maaf.
"Oke, saya telah melakukan kesalahan karenanya saya akan membayar denda Rp50 juta, karena itu sebenarnya lebih beradab supaya kontroversi berhenti," pungkasnya. []