GELORA.CO - Belakangan ini ranah politik Tanah Air tengah diramaikan adanya isu upaya kudeta terhadap Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang diduga dilakukan oleh sejumlah mantan Kader Partai Demokrat dengan melibatkan tokoh pejabat di lingkaran Istana Presiden. Polemik inipun menyeret nama Kepala Staf Presiden Jenderal TNI (Purn) Moeldoko.
Moeldoko bersama sejumlah mantan kader Partai Demokrat disebut berupaya mengambilalih kursi Ketua Umum Partai Demokrat dari AHY demi kepentingan pencapresan 2024. Namun sejauh ini, Moeldoko membantah tudingan yang dilayangkan dari Demokrat tersebut.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan turut memberikan pandangan terkait kans antara AHY dengan Moeldoko dalam Kontestasi Pilpres 2024 mendatang. Menurut Djayadi, elektabilitas Moeldoko masih sangat jauh dibandingkan dengan AHY, sebab nama Moeldoko disebut sama sekali tidak muncul dalam survei yang dilakukan oleh LSI.
"Ya Pak Moeldoko belum ada namanya masih jauh. Kalau kita LSI belum ada (survei) yang baru ya," kata Djayadi saat dihubungi VIVA, Kamis 4 Februari 2021.
Djayadi melanjutkan kalau melihat survei dari lembaga lain seperti SMRC, Indikator atau survei yang lain, AHY ada di paling tidak 10 besar. Dalam daftar itu, ada nama Prabowo, Anies, Ganjar, Ridwan Kamil, kemudian Khofifah.
"AHY, nah di situ tuh. Dia (AHY) kalau tidak di papan atas paling tidak dia di papan kedua. Kalau Pak Moeldoko masih jauh. Masih jauh belum muncul namanya," kata Djayadi lagi.
Djayadi juga memaparkan dari segi popularitas. Dia menilai popularitas Moeldoko masih belum sebanding dengan AHY. Publik masih lebih mengenal AHY yang merupakan anak dari Presiden RI ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono daripada Moeldoko.
"Dari segi popularitas dan elektabilitas Pak Moeldoko masih kalah dari AHY," ujar pria yang juga merupakan seorang Dosen Ilmu Politik di Universitas Paramadina ini.
Djayadi juga menimbang kekuatan antara Moeldoko dan AHY di kancah perpolitikan nasional. Menurutnya, Moeldoko masih belum memiliki kekuatan atau basis massa seperti yang dimiliki oleh AHY.
"Pak Moeldoko itu mantan Panglima TNI jadi gak punya partai, ga punya kekuatan akar rumput sebetulnya. Kan dia setelah jadi panglima TNI langsung gabung pemerintahan kan sebagai Kepala Kantor Staf Presiden. Sekarang tentu dia punya panggung tetapi kan dia apa namnya belum punya kekuatan sosial politik itu," ujar Djayadi.
Dari sisi politik ini, lagi-lagi AHY unggul dari Moeldoko karena AHY sudah memiliki modal yang besar bersama Partai Demokrat. Meski sekarang Demokrat masuk jajaran partai papan tengah, namun tetap saja Demokrat pernah berkuaa selama 10 tahun dan masih memiliki figur SBY.
"Masih punya jaringan yang baik secara sosial politik dan mungkin juga logistik masih punya," kata Djayadi.
Sedangkan Moeldoko, lanjut Djayadi, sementara ini masih sebagai pejabat pemerintahan.
"Dugaan saya dia dekat dengan banyak kalangan tentu saja. Tapi untuk modal sosial politiknya modal dukungan politik ya belum tentu dan itu ditunjukkan oleh nama Pak Moeldoko kalau di survei sekarang masih jauh di bawah nama yang sudah beredar yaitu seperti Anies, Prabowo, Ganjar dan termasuk AHY, (Moeldoko) masih jauh," ujarnya. []