GELORA.CO - Singapore Telecommunications (Singtel), pemegang 35 persen saham Telkomsel, mengalami peretasan yang menyebabkan 129 ribu data pribadi pelanggan, seperti nomor KTP, nama, tempat dan tanggal lahir, nomor ponsel serta alamat rumah, telah dicuri.
Dalam pernyataan resminya, seperti dikutip CNA, Kamis, 18 Februari 2021, Singtel mengaku telah diinformasikan oleh Accellion, vendor pihak ketiga, bahwa sistem berbagi dokumen atau FTA telah diserang secara ilegal oleh hacker tidak dikenal.
Sebagai informasi, FTA adalah sistem mandiri yang digunakan untuk berbagi informasi secara internal dan dengan pemangku kepentingan eksternal. “Accellion telah menginformasikan bahwa insiden ini adalah bagian dari serangan siber bersama yang lebih luas terhadap pengguna sistem berbagi dokumen mereka,” ungkap Singtel.
Mereka melanjutkan jika informasi pelanggan mungkin telah disusupi hacker. Dengan begitu, prioritasnya saat ini adalah bekerja secara langsung dengan pelanggan dan pemangku kepentingan yang data pribadinya mungkin telah disusupi peretas agar mereka tetap didukung dan membantu mereka mengelola risiko apa pun.
“Kami akan menghubungi mereka secepatnya setelah kami mengidentifikasi file mana yang relevan dengan mereka yang diakses secara ilegal. Informasi yang kami dapat beberapa dokumen dari 23 perusahaan, termasuk pemasok, mitra dan pelanggan korporat, juga dicuri hacker," jelas Singtel.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Grup Singtel, Yuen Kuan Moon, mengaku menyesal hal ini terjadi pada perusahaannya. Ia pun langsung minta maaf ke pelanggan yang sudah terkena dampak peretasan.
"Meskipun pencurian data pribadi ini dilakukan oleh pihak yang tidak dikenal, tapi saya sangat menyesal hal ini bisa terjadi dan telah mengecewakan pemangku kepentingan. Saya juga minta maaf tanpa syarat kepada semua pelanggan yang terkena dampak," tegas Yuen.
Ia juga berjanji untuk transparan dalam memberikan informasi terbaru dan akurat sejauh pengetahuannya. "Kami melakukan yang terbaik untuk menjaga pelanggan kami tetap didukung dalam memitigasi potensi risiko," tuturnya.
Yuen menambahkan jika sebagian besar dari data pribadi pelanggan yang bocor termasuk informasi internal yang tidak sensitif, seperti log data, data pengujian, laporan, dan email.[viva]