Kemunculan Aisha Weddings yang langsung viral ini menimbulkan tanda tanya, sebab situs, alamat dan nomor kontaknya tidak jelas. Masa ada bisnis jasa tanpa alamat?
Lalu, siapa sebenarnya pemilik Aisha Weddings dan sejak kapan kontroversi mereka mulai ramai di media sosial?
Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengalisis kejanggalan Aisha Weddings. Drone Emprit adalah sistem untuk memonitor serta menganalisis media sosial dan platform online yang berbasis teknologi big data.
Berikut analisis soal "Aisha Weddings" yang disampaikan Ismail Fahmi melalui akun Twitternya, Kamis (11/2). kumparan sudah meminta izin pihak Drone Emprit untuk mengutip twit tersebut.
1. Website Sudah Tidak Bisa Diakses
Website Aisha Wedding memang sudah tidak bisa diakses, tetapi menurut Fahmi jejak digitalnya masih bisa ditelusuri.
"Banyak yang ngetag saya soal kehebohan aishaweddings ini. Di FB dan Web sudah hilang pagenya. Tapi jejak digital masih bisa dicek di http://Archive.org." tulis Fahmi.
2. Situs Baru Di-update 9 Februari 2021
Laman Aisha Weddings baru dibuat pada Selasa, 9 Februari 2021 atau satu hari sebelum viral di media sosial.
"Kalau situs http://aishaweddings.com ini pada tahun 2018 dan sebelumnya, semua redirect ke http://aishaevents.com. Lalu lompat diupdate pada 2021. Di tahun 2021, konten baru diupdate tanggal 9 Feb (kemaren banget), dan hari ini 10 Feb. Tampak landing pagenya baru dibandingkan dengan last update tahun 2018 lalu," kata Fahmi.
3. Isi Konten Provokatif dan Belum Lengkap
Konten yang ada di dalam website Aisha Weddings belum semuanya terisi. Selain itu juga sebagian isinya dinilai provokatif karena membawa-bawa agama untuk anjuran menikah diusia mulai 12 tahun. Soal isu poligami juga disebut bisa dinikmati semua umat Islam.
"Konten belum lengkap, isi provokatif. Baru beberapa halaman yang terisi, seperti Keyakinan tentang Poligami, Untuk Kaum Muda. Sedangkan bagian Layanan, Covid-19, Kontak belum diisi. Sepertinya web ini baru dibuat, tapi keburu ketahuan," jelas Fahmi.
4. Kecepetan Launching
Dilihat dari promosi dengan menyebar spanduk di beberapa titik, seharusnya website sudah siap dan lengkap isinya untuk diakses orang yang membutuhkan informasi soal pernikahan. Selain itu nomor kontak dan alamat juga tidak jelas.
"Spanduk sudah dibikin di beberapa titik. Kalau spanduk ada, artinya sudah siap terima layanan. Apalagi ada email dengan domain. Saran, web dilengkapi dulu, yang profesional, baru spanduk disebar, biar lebih meyakinkan," kata Fahmi.
5. Trending di Twitter
Fahmi mengatakan isu soal Aisha Weddings ini berangkatnya dari Facebook, baru kemudian ramai di Twitter. Di Twitter postingan awal yang tercatat adalah dari pemilik akun @SwetaKartika 9 Februari pukul 10.27 malam.
Selain itu juga dari pemilik akun @representatif pukul 12.10 dini hari, pada Rabu 10 Februari, berasal dari netizen biasa yang meresponse berita isu dari FB tersebut.
6. Banyak Netizen Percaya Aisha Weddings Betulan
Fahmi menulis, bila melihat komentar-komentar yang paling populer di Twitter, sebagian curiga ini bisnis betulan. Tapi banyak juga yang percaya bahwa Aisha Weddings ini betul-betul ada, sehingga menuding ada penggunaan agama untuk trafficking, bisnis esek-esek, agenda pedofilia hingga poligami.
Dilihat dari peta Social Network Analysis (SNA), media nasional, lembaga pemerintahan hingga pihak kepolisian juga ikut menanggapi informasi soal Aisha Weddings.`
"Kalau dari peta ini, misi "Aisha Wedding" cukup berhasil membuat heboh dan viral, karena beritanya diangkat oleh banyak media mainstream, bahkan TV, meski isinya adalah pelaporan KPAI," ujar Fahmi.
Dilihat dari banyaknya gambar yang dibagikan di media sosial, rata-rata semua mengecam dan meminta kepolisan bertindak.
"Dari Muhammadiyah, MUI, Rumah Kitab, KPAI, aktivis, netizen semua merespons. Intinya berupa pernyataan bahwa iklan Aisha Weddings ini melanggar UU, dan harus ditindak polisi," katanya.
7. Aisha Wedding Diduga Settingan
Kesimpulannya, lanjut Fahmi, Aisha Weddings sebagai WO resmi pernikahan tidak jelas keberadaannya. Baik secara online maupun offline. Apalagi dalam website atau akun media sosialnya tidak mencantumkan alamat dan nomor telepon.
"Situs onlinenya juga baru diisi kontennya pada 9 Feb (berusia 1 hari), dan sebelumnya terakhir diupdate 2018, itu pun redirect ke situs lain," katanya.
"Disinformasi yang meresahkan ini sengaja serius dibuat, dilihat dari spanduk (offline) yang disebar di beberapa titik," ujar Fahmi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Aisha Weddings mempromosikan jasanya dengan menyebarkan pamflet dengan dibungkus lipatan koran yang dimasukkan plastik. Barang promosi ini ditemukan di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Mereka juga memasang spanduk di pinggir jalan. Tapi ya itu, tidak ada nomor telepon yang dituliskan.
Fahmi mengatakan, jika tujuannya untuk membangun keresahan, misi yang dijalankan Aisha Weddings ini cukup berhasil, karena narasinya berhasil menarik komentar dari berbagai organisasi besar, dan juga diliput media mainstream dan TV.
"Banyak pihak sudah menyatakan keberatan atas iklan nikah muda, poligami, penyimpangan pemahaman agama dan UU yang dibuat oleh akun tidak jelas ini," ujarnya.
8. Perlu diusut polisi agar tidak terulang
Dari analisis tersebut, Fahmi menyimpulkan agar kehebohan ini tidak usah dilanjutkan alias dibicarakan publik.
"Menurut saya sih, kehebohan publik ini tak perlu dilanjutkan. Karena memang tidak jelas siapa yang membuat, dan tujuannya sepertinya bukan sungguh-sungguh sebagai iklan wedding profesional. Kita serahkan kepada kepolisian untuk mengungkap pelakunya biar tidak terulang," tutup Fahmi.
Situs dan Facebook Sudah Tak Aktif
Saat ini situs aishaweddings.com sudah tidak dapat diakses. Ketika situs dibuka, muncul tulisan "Under Construction" atau "Dalam Perbaikan". Media sosial Facebook-nya juga sudah tak aktif.
Di situs itu sebelumnya terdapat beberapa pesan provokatif yang memicu kegeraman sejumlah kalangan seperti tertulis di bawah ini:
Semua wanita muslim ingin bertaqwa dan taat kepada Allah SWT dan suaminya. untuk berkenan di mata Allah dan suami, Anda harus menikah pada usia 12 hingga 21 tahun dan tidak lebih.
Keyakinan Kami
Aisha Wedding percaya akan pentingnya Nikah Siri untuk pasangan yang ingin datang bersama untuk memulai keluarga dengan berkah Allah SWT.
Di atas segalanya, kami dengan ketat mengikuti dan mematuhi anjuran Al-Quran sebagai kata suci Allah SWT.
Saat situs WO Aisha Weddings itu sudah tidak dapat diakses, akun Facebook miliknya masih mengunggah sebuah status yang merespons kecaman dan kritik masyarakat.
"Jangan menilai. Jika orang tua mau dan KUA mengeluarkan dispensasi nikah bagi anak, kenapa murka? Beberapa keluarga tidak punya uang untuk anaknya. Lebih baik menikah daripada mati kelaparan," tulis Aisha Weddings, Rabu, (10/2) siang.
Namun, akun Facebook itu sekarang sudah tidak aktif.
Masuk ke Ranah Hukum
Sementara itu, Disna Riantina sebagai pegiat Sahabat Milenial Indonesia (SAMINDO), melaporkan pengelola aisha weddings ke SPKT Polda Metro Jaya pada Rabu (9/2).
Disna menyatakan situs iklan yang menawarkan pernikahan dini itu dapat berdampak terhadap kehidupan anak di Indonesia.
Menurut Disna, situs tersebut diduga melanggar undang-undang perlindungan konsumen, undang-undang perkawinan, perlindungan anak dan aturan pendidikan yang berpotensi menimbulkan kekerasan terhadap anak.
Menteri PPPA Bintang Puspayoga juga akan berkoordinasi dengan Kapolri untuk mengusut Aisha Weddings karena melanggar sejumlah UU. (*)