GELORA.CO - Diksi "evolusi" dalam tweet Permadi Arya yang ditujukan kepada mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengarah kepada "evolusi manusia".
Hal itu disampaikan ahli bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Krisnajaya.
Krisna menjelaskan, pada tweet yang berbunyi "Sudah selesai evolusi belum kau?" kata "evolusi" mengacu kepada kata ganti orang, yakni "kau". Di mana makna leksikalnya adalah "diri manusia yang mengalami proses perubahan perlahan-lahan dari suatu muasal".
Penggunaan secara sekuensial dalam satu kalimat dari kata "evolusi" dan "kau" tersebut memiliki tautan makna bahwa orang yang diajak bicara (yaitu "kau") adalah manusia yang lazim mengalami proses evolusi, sehingga ditanya si penanya merasa perlu bertanya dengan kalimat “Sudah selesai evolusi belum kau?”.
Dalam konteks percakapan saat ini, ketika seseorang membaca kata "evolusi", bersamaan dengan penggunaan kata ganti "kau" (sebagai insan) maka skemata pembaca dapat dengan mudah mengacu kepada frasa "evolusi manusia".
"Adapun unsur makna evolusi manusia itu sebagai pengetahuan umum adalah proses perubahan secara perlahan-lahan dari hewan (yaitu kera atau monyet) menjadi manusia. Penggunaan kata evolusi tersebut memiliki perikutan makna evolusi manusia," kata Kisnajaya dalam keteranganya, Kamis (4/2).
Namun, ahli bahasa yang pernah dihadirkan dalam perkara Buni Yani beberapa waktu lalu ini mengatakan, apakah tulisan pada media sosial bersesuaian maknanya dengan apa yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Misalnya, makna menimbulkan ujaran kebencian.
"Maka diperlukan fakta kebahasaan yang memadai (berupa perkataan maupun tulisan) bahwa benar sudah timbul suatu akibat berupa kebencian (perasaan sangat tidak suka) dari tulisan tersebut," ungkapnya.
Lalu, Kisnajaya menambahkan, apa yang menjadi dasar bagi kebencian dalam tulisan di media sosial tersebut. Hal ini menurutnya harus dipastikan dahulu, sebab pengaturan pasalnya membatasi hanya pada suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Secara terpisah, pakar Bahasa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Hilmi Akmal, berpendapat, tweet "evolusi" Permadi Arya alias Abu Janda kepada mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai memperlihatkan ketidaksenangan dan merendahkan.
Hilmi mengulas, setidaknya terdapat dua proposisi interogatif, yakni pertama--dikutip dari tweet Abu Janda terhadap Natalius Pigai: "Kau @Natalius Pigai2 apa kapasitas kau?" dan yang kedua: "Sudah selesai evolusi belum kau?".
Dari dua proposisi interogatif itu menurut Hilmi, adanya diksi "evolusi" jelas-jelas menunjukkan ketidaksenangan Abu Janda pada Natalius Pigai.
"Terkait dengan cuitan yang rasis, inferensi yang bisa ditarik adalah, saya melihat ada ketidaksenangan Abu Janda dengan Pak Pigai. Sehingga membuat proposisi dalam bentuk interogatif yang maknanya merendahkan Pak Pigai," kata Hilmi.[rmol]