Tuding Penyelidikan WHO Palsu, Penasihat Keamanan AS: Makin Banyak Bukti Tunjukkan Virus Corona Dari Lab Wuhan

Tuding Penyelidikan WHO Palsu, Penasihat Keamanan AS: Makin Banyak Bukti Tunjukkan Virus Corona Dari Lab Wuhan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Asal muasal virus corona masih terus menjadi bahan perdebatan, mengingat masih belum ditemukannya sumber virus yang sudah menginfeksi hampir 85 juta orang di seluruh dunia itu.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Matthew Pottinger pun menggaungkan kembali kemungkinan virus corona merupakan kebocoran dari lab yang dikelola oleh pemerintah China di Wuhan.

Dalam sebuah pertemuan virtual dengan para pejabat di Inggris baru-baru ini, Pottinger menyebut semakin banyak bukti yang menunjukkan virus corona berasal dari lab China.

"Ada semakin banyak bukti bahwa laboratorium kemungkinan merupakan sumber virus yang paling kredibel," ujar dia, seperti dikutip New York Post, Minggu (3/1).

Pottinger merupakan salah satu pejabat AS yang menggaungkan bahwa virus corona berasal dari lab Wuhan sejak awal wabah itu muncul.

Ia juga langsung memerintahkan badan intelijen AS untuk mencari bukti terkait hal tersebut. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengaku sudah menyelidiki sumber virus sejak awal masih belum menemukan "Pasien Nol".

Dalam pernyataannya, Pottinger menyebut penyelidikan yang dilakukan oleh WHO adalah tipuan.

"Anggota parlemen di seluruh dunia memiliki peran moral untuk dimainkan dalam mengungkap penyelidikan WHO sebagai latihan Potemkin," kata Pottinger.

Ia merujuk pada desa palsu yang dibuat di Krimea pada abad ke-18 untuk meyakinkan Permaisuri Rusia Catherine yang Agung yang berkunjung bahwa wilayah tersebut berada dalam kesehatan yang baik.

"Bahkan tokoh mapan di Beijing secara terbuka menolak cerita pasar basah," lanjut Pottinger, merujuk pada teori lain bahwa virus itu ditularkan dari hewan ke manusia di dalam pasar satwa liar di Wuhan tempat kelompok kasus pertama muncul.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita