GELORA.CO - China menghadapi gelombang baru penularan virus corona. Dikutip dari AFP, China mengirim lebih dari 20 ribu penduduk desa yang tinggal di pusat penyebaran virus ke fasilitas karantina yang dikelola negara.
China telah mengendalikan virus dengan pembatasan yang ketat, termasuk testing massal dan pembatasan perjalanan. Namun dalam beberapa minggu terakhir, kasus positif terus meningkat, khususnya di wilayah utara, yang mendorong kembali diterapkannya lockdown dan membangun pusat karantina baru.
Pada Jumat (15/1), China mencatat 144 kasus baru dan merupakan angka kasus harian tertinggi sejak Maret 2020. Dilaporkan oleh CCTV, saat ini lebih dari 20 ribu penduduk dari desa di sekitar Shijiazhuang -- yang jaraknya sekitar 294 kilometer barat daya Beijing -- telah dikirim ke pusat karantina sejak Rabu (13/1).
Mereka disebut tinggal di hotel dan terpisah dari anggota keluarga.
"Wajar jika mereka merasa cemas dan panik," kata psikolog, Liu Jinpei, yang juga menyebut otoritas setempat telah menyediakan hotline kesehatan mental.
Para pejabat juga bergegas membangun "pusat observasi medis terpusat" di area itu, dengan kapasitas lebih dari 3 ribu tempat tidur.
Ratusan ribu pekerja migran diperkirakan akan kembali ke kampung halaman untuk Imlek bulan depan, dan China bergegas untuk memvaksinasi 50 juta orang dalam kelompok kunci sebelum perayaan Imlek.
Berbeda dengan yang dilakukan banyak negara di Eropa, China tidak memprioritaskan orang lanjut usia, melainkan memulai vaksinasi dengan mereka yang bekerja sebagai pengemudi bus dan pekerja toko.
Wakil Direktur Komisi Kesehatan distrik setempat, Xiao Zhifeng, mengatakan kepada AFP bahwa mereka akan menyelesaikan vaksinasi untuk kelompok kunci sebelum perayaan Imlek, dan akan melanjutkan vaksinasi untuk masyarakat umum. []