GELORA.CO - Wakil Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Tjetjep Muhammad Yasin, akan melaporkan aksi Menteri Sosial Tri Rismaharini (Risma) saat menyisir gelandangan di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat ke Polda Metro Jaya. Aksi Mensos ini oleh netizen disebut sebagai ‘Drama Korea Risma’.
“Mengerikan sekaligus memalukan. Saya sudah beli tiket untuk terbang Jakarta, melaporkan masalah ini ke Polda Metro Jaya. Polisi harus beranin membongkar dugaan kebohongan publik, hoaks,” demikian disampaikan Gus Yasin, panggilan akrab Tjetjep Muhammad Yasin kepada duta.co, Kamis (7/1/2021).
Belakangan, aksi Mensos RI Risma, menuai kontroversi. Sosok gelandangan yang dijumpai di kawasan Sudirman, misalnya, dianggap sudah diatur atau settingan demi pencitraan sang menteri. Adalah pemilik akun Facebook bernama Adhe Idol yang mengaku mengenal sosok gelandangan yang ditemui Risma pada Senin (4/1/2021) itu.
Adhe mengunggah foto dua orang berambut putih dan bertopi yang diduga PMKS tengah makan bersama, Adhe menyatakan, pria gondrong rambut putih itu adalah “orang PDIP”, dan berjualan poster Presiden RI pertama Soekarno serta es kelapa.
“Kalau yg menghadap ke depan atau yg rambutnya putih/ubanan kek kenal itu, tukang jualan poster Soekarno Menang dia orang PDIP. Lokasi jualanya jln Minang kabau Manggarai, selain itu dia juga jualan kelapa muda. Terciduk juga ,” tulis akun Adhe Idol yang di-capture dan diunggah Andhy, yang dibalas oleh beberapa komentar dari akun-akun lain.
Menurut Gus Yasin, tugas penting Mensos RI sekarang bukan menemui gelandangan. Apalagi, kalau benar itu adalah ‘sinteron’ yang disetting untuk pencitraan. Kalau benar, sangat melukai hati rakyat. “Mensos sekarang harus bekerja keras mengawal Bansos (bantuan sosial) triliunan rupiah. Benarkah bansos itu sampai kepada yang berhak? Ini yang harus segera diatasi Mensos RI. Bukan blusukan ke selokan,” tegasnya.
Masih menurut Gus Yasin, sebentar lagi, pemerintah melakukan pembatasan kegiatan masyarakat di Jawa dan Bali, mulai 11 sampai 25 Januari 2021. Ini untuk mengurangi penularan Covid-19. Dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) itu, kegiatan ekonomi masyarakat dibatasi.
“Adalah tugas Mensos RI untuk mengawal program ini. Omongan kosong rakyat kuat, kalau ekonomi ambruk. Jadi, jangan sibuk pencitraan, apalagi kalau ada indikasi kebohongan publik. Polisi harus berani tertibkan kinerja pejabat. Jangan dibiarkan kabar-kabar hoaks menyasar masyarakat,” tegasnya.
Hersubeno Arief, wartawan senior Jakarta, melalui channel youtube @Hersubeno Point, melihat ada tiga masalah fatal dalam aksi Mensos RI Risma. “Pertama, pengatur laku salah memilih lokasi. Dia merasa sukses ketika mendorong Risma blusukan ke bantaran kali, kemudian dia (bawa) masuk lorong jembatan. Rupanya (di sini) si pengatur laku sedang mempersiapkan kejutan yang lebih besar dengan menemukan gelandangan di jalan Sudirman Thamrin. Dia salah pilih lokasi,” kata Hersu panggilan akrab sambil tersenyum.
Yang kedua, jelasnya, dia (pengatur laku) salah memilih aktor (talent). Karena yang dipilih itu bukan gelandangan murni, tetapi seorang pedukung PDIP seperti dikatakan netizen.
“Padahal kalau mau mencari gelandangan (sejati), itu banyak sekali. Cukup dengan uang 100 atau 150 ribu mereka siap bekerja sama. Kalau itu, dijamin jauh lebih natural,” jelasnya dalam video youtube berjudul ‘Drama Korea Risma Kena Instan Karma Anies’.
Kesalahan ketiga, tambah Hersu, merupakan kesalahan dari penulis skenario. “Saya menduga penulis skenarionya tim dari Surabaya. Dia tidak begitu memahami kondisi Jakarta. Dia kurang observasi, akhirnya dia salah memilih tempat, salah (juga) memilih aktor. Akhirnya terbongkar. Ibu Risma kena getahnya,” tegas Hersu.
Humas Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Kementerian Sosial, Fathonah menceritakan, perihal aksi blusukan yang dilakukan Risma sejak hari pertama menjabat, 28 Desember lalu. Dia mengungkapkan, setiap pagi sebelum berangkat kerja, Risma selalu menemui para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di sekitar rumah dinasnya di Jalan Widya Chandra III, Jakarta Selatan.
“Yang pasti, setiap Ibu Risma keluar dari rumah, beliau pasti akan singgah atau mengobrol dulu sebentar sama beberapa tunawisma yang tidurnya di pinggir-pinggir jalan,” katanya saat dihubungi merdeka.com, Rabu (6/1).
Pada 28 Desember 2020 lalu, Risma meninjau kolong jembatan yang menjadi tempat tinggal tunawisma di kawasan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Lalu pada Rabu 30 Desember 2020, Risma blusukan lagi menemui sekelompok warga yang tinggal di bawah tol Gedong Panjang, Pluit, Jakarta Utara.
Pada 4 Januari 2021, Risma bertemu dengan sejumlah gelandangan di jalan Sudirman-Thamrin. Yang terbaru, pada pagi ini, 6 Januari 2021, Risma beserta jajarannya kembali melakukan blusukan di dekat rumah tinggalnya.
“Hari ini, kita bawa 3 orang ke kantor. Sudah mandi, ganti pakaian, dan dites swab. Nah pas mau diskusi sama mereka, Ibu Risma ada ratas (rapat terbatas) dengan Pak Presiden. Padahal niatnya hari ini mereka bertiga mau dibawa ke Balai di Bekasi hari ini,” jelas Fathonah.
Masalahnya: Apakah gelandangan di kawasan Sudirman Jakpus, itu asli atau tidak? Waallahu’alam bishshowab. (*)