GELORA.CO - Sebanyak 13 orang warga Israel mengalami kelumpuhan wajah ringan sebagai efek samping usai mendapatkan vaksin Pfizer.
Mengutip dari situs berita Israel, Ynet, Rabu, 20 Januari 2021, dokter memperkirakan jumlah kasus serupa bisa lebih tinggi. Dokter tersebut kemudian mempertanyakan, apakah tim medis harus memberikan dosis kedua dari vaksin tersebut, kepada mereka yang mengalami kelumpuhan wajah.
Pun, melansir dari Sputniknews, Kementerian Kesehatan Israel merekomendasikan agar mereka tetap melanjutkan penerimaan vaksin. Syaratnya, jika kelumpuhan wajah tersebut telah sembuh.
Pemerintah Israel sebelumnya menandatangani kesepakatan dengan Pfizer dan BioNtech pada November lalu untuk mendapatkan 8 juta dosis vaksin COVID-19. Lebih dari 20 persen dari 9 juta warga Israel telah menerima dosis vaksin pertama, sejak peluncuran dimulai.
Setidaknya dua orang lanjut usia dengan kondisi kronis meninggal dunia setelah menerima suntikan vaksin COVID-19 di Israel.
Sementara itu, pada Sabtu, Epoch Times melaporkan, mengutip data dari Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS), 55 orang di Amerika Serikat telah meninggal dunia setelah menerima vaksin Moderna atau Pfizer/BioNTech.
Dalam beberapa kasus, pasien meninggal hanya beberapa jam setelah disuntik.
Outlet media juga melaporkan sekitar 96 kasus yang mengancam jiwa setelah vaksinasi COVID-19, serta 24 cacat permanen, 225 rawat inap, dan 1.388 kunjungan ruang gawat darurat di AS.
Sebelumnya, vaksin Pfizer juga jadi perhatian karena dikaitkan dengan meninggalnya 29 warga Norwegia usai divaksin. Khawatir terkait hal itu, otoritas Australia pun menelusuri vaksin Pfizer.
Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt meminta Therapeutic Goods Administration (TGA) untuk mengecek Pfizer. TGA merupakan lembaga semacam BPOM yang berperan untuk mengeluarkan izin penggunaan obat-obatan.
"TGA masih melakukan evaluasi seluruh informasi ilmiah dan klinis yang diberikan terkait vaksin Pfizer," demikian pernyataan TGA dikutip dari The Australian, Rabu, 20 Januari 2021. []