GELORA.CO - Perubahan Bangsa dan Negara Indonesia setelah 75 tahun merdeka dinilai mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), AM Hendropriyono, tidak mengalami kemajuan.
Hal itu dia sampaikan saat berdialog di dalam kanal Youtube Karni Ilyas Club, pada Jumat kemarin (26/12).
"Negeri kita ini sudah maju zaman Pak Harto, maju kemudian mundur lagi. Yang tadinya kita maju selangkah mundur dua langkah. Kita kapan maju," ujar Hendropriyono.
Profesor di bidang filsafat intelejen ini membandingkan posisi negara China dengan Indonesia yang menurutnya secara kelahiran negara lebih dulu dibanding Negeri Tirai Bambu tersebut.
"China kan lahir 71 tahun yang lalu, kita kan 75 tahun lebih. Dia (China) sudah berani nantang Amerika Serikat," ungkapnya.
Dar situ, Hendropriyono menilai ada satu masalah utama yang terjadi di Tanah Air. Yaitu, persoalan konsistensi memegang teguh fundamental negara.
"Sudah 75 tahun kita begini-begini saja. Karena kita sibuk masalah yang kita persoalkan ideologi. Itu-itu saja. Dulu komunis, kemudian DI TII, sekarang khilafah. Enggak selesai-selesai. Ini kapan selesainya?" tegas Purnawirawan Jendral TNI ini.
Sementara, negara-negara seperti China punya modal konsistensi yang kuat untuk memegang teguh ideologi bangsanya, yaitu komunis.
"China, dia konsisten dia pegang terus ideologinya. Benar atau enggak itu urusan generasi kita sekarang. Kalau dulu sih kita bilang enggak benar. Itu komunis. Tapi dia konsisten pegang, dan maju. Kalau kita kan tidak konsisten," ucap Hendropriyono.
Oleh karena itu, Hendropriyono berkesimpulan posisi Indonesia yang tidak kuat di mata dunia disebabkan tidak bisa konsisten mempertahankan Ideologi Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara.
"Saya lihat kita ada masalah begini karena tidak ada konsistensi. Ada tiga hal (untuk Indonesia maju). Pertama stabilitas, kedua keamanan, tiga kesejahteraan. Cuman untuk mencapai ketiganya itu hanya bisa kalau kita konsisten," ungkap Hendropriyono.
"Kita enggak konsisten memegang fundamental kita. Jadi kita selalu mau dirobohkan fundamental kan, ganti rumah. Rumahnya kita ini kan Indonesia, fundamentalnya Pancasila," tandasnya. (*)