GELORA.CO - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah kembali mendesak pemerintah supaya ada tindakan rekonsiliasi terhadap pihak Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab.
Hal itu diungkapkannya dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (15/12/2020).
Fahri Hamzah mulanya mengakui bahwa memang dirinya saat ini sudah berubah gaya bicaranya.
Namun menurutnya, perubahan yang dilakukan itu bukan semata-mata karena merasa takut.
"Saya sendiri berubah gaya bukan karena saya takut, saya enggak takut dengan siapapun," ujar Fahri Hamzah.
"Enggak peduli saya ngomong sama siapapun. Saya sudah siap dipenjara mau ditembak juga enggak ada masalah," tegasnya.
Terlepas dari hal itu, Fahri Hamzah menyoroti sikap dari pemerintah yang tidak juga mau berkonsiliasi dengan Habib Rizieq.
Menurutnya rekonsiliasi tidak akan merugikan pemerintah, melainkan justru dapat mendinginkan suasana yang belakangan terus memanas.
Dirinya menambahkan bahwa sedangkan di satu sisi Habib Rizieq sendiri sudah menyatakan kesiapannya untuk berdamai dengan pemerintah.
"Tapi yang kita khawatirkan adalah kenapa sampai sekarang ini tidak ada panggilan untuk rekonsiliasi, sombong terus," harap Fahri Hamzah.
Buntut dari tidak adanya rekonsiliasi antara pemerintah dengan Habib Rizieq, Fahri Hamzah mencontohkan kasus tewasnya enam laskar FPI di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 50, Senin(7/12/2020).
Enam pengikut Habib Rizieq tewas setelah tertembak boleh anggota kepolisian lantaran diguga melakukan penyerangan.
Menurut Fahri Hamzah, secara kemanusiaan, seharusnya polisi tidak mengambil tindakan terukur hingga menewaskan sampai enam orang.
"Ini kasus pembunuhan enam orang, sederhana apa sih masalahnya," tanyanya.
Lebih lanjut, Mantan Wakil Ketua DPR RI itu menarik ke belakang awal mula kasus Habib Rizieq.
Disebutnya bahwa beberapa kerumunan yang terjadi terkait Habib Rizieq, mulai dari penyambutan di bandara hingga pernikahan putrinya di Petamburan, merupakan kesalahan dari pemerintah itu sendiri.
Pemerintah dinilai memancing massa Habib Rizieq untuk berkumpul.
"Saya denger dari HRS mau pulang dijemput keluarga, tapi ada pejabat nantang 'dia tuh tokoh kecil enggak usah dianggap, enggak akan ada yang datang'," kata Fahri Hamzah.
"Akhirnya orang datang ribuan. Begitu orang datang ribuan yang nyambut dianggap salah, Poldanya dipecat," jelasnya.
Fahri Hamzah menilai pemerintah tidak bersikap mendinginkan melainkan justru sebaliknya.
"Lalu orang karena tambah emosi orang pergi ke kawinan bukan mau hadir, ada yang belum beres, kemarahan itu enggak selesai, elo nantang sih sebagai negara," kata Fahri Hamzah.
"Orang datang, ramai lagi, terjadilah tragedi ini yang kita tidak berani bicarakan," pungkasnya. []