GELORA.CO - Mony*t, tol*l, g*blok, b*jing*n, mamp*s," demikian sebagian dari banyaknya umpatan kasar yang pernah dilontarkan Soni Eranata atau dikenal juga sebagai Ustadz Maaher At Thuwailibi di media sosial (medsos). Banyak pihak yang mengkritik Maaher karena ucapannya dinilai sangat jauh dari cerminan seorang ustadz. Apa pembelaannya atas ini?
"Kalau terkait dengan kata-kata kasar, saya sulit sih ya. Saya menjawabnya sulit. Agak sulit. Kenapa, karena kultural. Kulturalnya gini, terkadang kasar atau tidak kasarnya sebuah ungkapan di dalam berbahasa itu sangat asumtif. Asumtifnya kenapa, karena tergantung siapa yang mendengar," kata Maaher.
Jawaban itu disampaikan Maaher dalam wawancara eksklusif dengan tim Blak-blakan detikcom di Bareskrim Polri, Trunojoyo, Jakarta Selatan, Sabtu (5/12/2020) petang. Pria berkacamata ini mengenakan gamis warna abu-abu dibalut rompi tahanan warna oranye. Dia juga mengenakan peci warna putih.
Ditanya soal apa kaitannya soal kultural dengan dirinya kerap melontarkan kata-kata kasar di medsos, Maaher menjawab dirinya tumbuh besar di Kota Medan, Sumatera Utara. Dia baru tinggal menetap di Kota Bogor, Jawa Barat, kurang-lebih 6 tahun lalu. Karena itu, dia mengklaim sulit mengubah gaya bicaranya.
"Sulit. Sulitlah. Sulit karena saya kan sudah gede, sudah balig, istilahnya. Kecuali saya dari SD, dalam masa pertumbuhan di Jawa pasti ada berubah lah dari logat, dialektika, tapi kalau sudah besar, sudah dewasa sulit berubah cara bahasa," jelas Maaher.
"Untuk kultur Jawa, khususnya Jawa Barat Sunda, Jawa Tengah, termasuk teman-teman kita di NU di Pekalongan, bahasa-bahasa seperti yang saya ungkapkan, sering dilihat oleh netizen itu terbilang kasar memang, karena kulturnya demikian. Orang Jawa-Sunda itu kan santun," sambung Maaher.
Saat berbincang dengan Maaher, sosoknya memang jauh berbeda. Tutur katanya lembut, berbeda jauh dari penampilannya di medsos yang kerap berapi-api saat berbicara dan tidak jarang melontarkan kata kasar. Dia menyatakan, dalam keseharian, memang itulah sosoknya apa adanya.
"Masa saya akting, memangnya drama. Kalau kenal saya di warung, ngobrol itu seperti ini saya. Itu bahasa itu ya medsos," jelasnya.
Soal gaya bahasanya di medsos yang kontroversial, Maaher menyatakan itu adalah bagian dari upayanya berdakwah. Dia mengakui bahasanya kasar jika ada yang menghina Islam. Namun dalam keseharian, dia mengaku lembut, bahkan berkawan dengan orang-orang yang mendukung Jokowi atau Ahok, dua sosok yang kerap dikritik oleh sosok alumni aksi 212 dan 412 ini.
"Kecemburuan mungkin. Kecemburuan batin. Misal gini, saya tidak pandang bulu apakah muslim atau nonmuslim, kalau menghina agama, bendera Rasulullah disebut teroris, ya marahlah. Kecemburuan aja sih. Mungkin orang memandang saya terlalu berlebihan kali ya, terlalu ekstrem dalam beragama, demam agama, itu terserah itu asumsi," ujar Maaher.
Kini gegara cuitannya di medsos, Maaher terjerat kasus pidana. Dia jadi tersangka atas kasus penghinaan terhadap ulama karismatik Nahdlatul Ulama Habib Luthfi bin Yahya. Maaher ditangkap tim Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri di kediamannya di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (3/12) pukul 04.00 WIB. Dia kemudian ditetapkan sebagai tersangka kasus penghinaan terhadap Habib Luthfi bin Yahya karena cuitan di akun Twitter-nya, @ustadzmaaher_, yang punya 64 ribu pengikut.
Ustadz Maaher ditangkap berdasarkan laporan polisi bernomor LP/B/0677/XI/2020/Bareskrim pada 27 November 2020. Dia dijerat Pasal 45 ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dengan ancaman pidana penjara 6 tahun dan atau denda paling tinggi 1 miliar rupiah.
Saat itu, di akun Twitter-nya, Maaher membalas cuitan seorang netizen sambil mengunggah foto Habib Luthfi disertai narasi 'Iya tambah cantik pake Jilbab.. Kayak Kyai nya Banser ini ya..'. Menurut polisi, dari cuitan itu ada indikasi Maaher melakukan upaya penghinaan terhadap ulama. Cuitan itu menuai banyak kritik dan kemarahan netizen karena dianggap menghina Habib Luthfi yang selama ini dikenal amat santun dan disegani masyarakat dan para tokoh. Habib Luthfi juga merupakan anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Diklarifikasi soal cuitan tersebut, Maaher berdalih itu hanya kesalahpahaman. Menurut Maaher dia sebenarnya tidak berniat menghina Habib Luthfi. Sebelum ditangkap dia mengaku sudah berniat merencanakan berangkat menemui Habib Luthfi untuk mencium tangan dan meminta maaf.(dtk)