GELORA.CO - Peta politik koalisi pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 sudah diprediksi paska ditangkap tangannya kader kesayangan Prabowo Subianto, Edhy Prabowo.
Wartawan senior Hersubeno Arief justru mengatakan, peta politik di Indonesia tidak bisa diramalkan jauh-jauh hari.
Diuraikan Hersu -sapaan akrabnya- Indonesia memiliki sistem politik yang terlalu cair, berbeda dengan politik di Amerika Serikat.
“Di Indonesia itu kita kadang-kadang bingung, ikut antara partai agama, partai nasionalis, ada juga yang nyebut masionalis religius dan sebagainya,” ucap Hersubeno dalam acara diskusi virtual Tanya Jawab Cak Ulung, bertajuk "Kemesraan Prabowo-Jokowi Segera Berlalu?", Kamis (3/12).
Pemerhati politik ini mencontohkan ada parpol yang mengatasnamakan parpol nasionalis namun memiliki sayap organisasi yang cenderung mengangkat isu agama.
Hersu menambahkan, ada pula partai politik yang menyatakan partai agama tetapi juga menggunakan isu nasionalis.
“Seperti PDIP itu punya Baitul Muslimin, jadi sebenarnya kita bingung membaca platform Indoesia itu seperti apa? Mungkin satu-satunya yang bisa kita sebut yang deklare Islam katakanlah misalnya PKS. Tapi ketika PKS berkoalisi di daerah-daerah yang dengan PDIP,” katanya.
Sehingga, jika menelisik peta politik untuk tahun 2024 saat ini menurutnya agak terlalu dini lantaran sulit memprediksi parpol ke depan di Indonesia.
“Jadi saya agak sulit untuk membaca peta politik di Indonesia terlampau cepat saat ini, nanti beberapa waktu jangka pendek kita bisa melihat seperti apa petanya,” tandasnya. []