GELORA.CO - Almarhum Ahmad Sofiyan alias Ambon (27) meninggal dunia usai ditembak polisi di Tol Jakarta-Cikampek KM 50, Jawa Barat pada Senin 7 Desember 2020 dini hari. Satu dari enam anggota laskar Front Pembela Islam (FPI) tersebut sudah dimakamkan di kawasan Megamendung, Jawa Barat, Rabu (9/12/2020).
Polisi sebelumnya mengamankan senjata tajam (sajam) hingga senjata api (senpi) yang diduga digunakan enam almarhum anggota laskar yang merupakan pengawal pemimpin FPI Rizieq Shihab tersebut. Pihak keluarga pun membantah jika Sofiyan memiliki sajam.
"Kalau bilang sajam-sajam itu bohong," kata Roslina, tante dari Sofiyan saat ditemui IDN Times di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (9/12/2020).
Di tempat yang sama, sepupu Sofiyan, Dwi menilai, banyak kejanggalan-kejanggalan atas insiden yang menimpa Sofiyan. Ia berharap, Sofiyan mendapat keadilan.
"Keluarga berharap peradilan yang seadilnya saja, pastinya itu. Karena masih banyak kejanggalan-kejanggalannya. Keluarga minta diadili seadil-adilnya saja, soalnya kan di luar sana banyak yang (menyebut) sepupu saya terorislah apa lah, sepupu saya bawa senjata tajamlah, banyak banget hujatan di sana," ucapnya.
"Berharapnya kasusnya sih bisa terpecahkan. Gak mencari pembenaran hanya ingin tahu kejadian sebenernya kayak gimana, sudah itu saja," kata Dwi.
Dwi mengatakan hingga saat ini, keluarganya belum mengetahui bagaimana kronologi yang sebenarnya. Dia kembali menegaskan, Sofiyan sama sekali tidak memiliki senjata tajam.
"Dari zaman kecil sampai gede saya ketemu dia tiap hari, dia gak pernah (punya senjata tajam). Yang ada setiap hari dia pegangnya apa? Lilin. Sampai segede itu dia senang main lilin, paling senang dia main gituan," ujar wanita berusia 27 tahun ini.
Almarhun Sofiyan, kata Dwi, dikenal sebagai orang yang baik. Saat jenazah Sofiyan dibawa dari Markas FPI Petamburan, Jakarta Pusat ke rumah duka di Kemayoran, banyak warga setempat yang mengumandangkan takbir.
"Nyambutnya luar biasa banget, kita saja sampai gak nyangka banget, subhannalah banget. Karena mereka tahu dia orang baik, maksudnya dia gak pernah yang mau nyenggol orang, orangnya bukan seperti itu. Makanya di berita dibilang banyak sajam lah itu gak mungkin. Yang jelas, gak ada," ungkap dia.
Saat ditanyai sejak kapan almarhum bergabung dengan FPI, Dwi tak mengetahuinya. Lebih lanjut, keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Sofiyan. Namun, keadilan tetap harus ditegakkan.
"Mungkin kalau ikut FPI ya karena panggilan jiwa. Kita gak bisa melarang karena itu sudah keinginan dia. Keluarga pun sebenernya ya gak bisa melarang, memang itu sudah maunya dia," tuturnya. (*)